Standar
Costing, target Costing,
dan
Kazien Costing
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Pengendalian biaya yang memedai memerlukan
perbandingan biaya aktual dengan
target atau jumlah yang ditentukan terlebih
dahulu. Karena data historis tidak dapat memenuhi kebutuhan untuk menentukan
kinerja yang dapat diterima, akuntan mengembangkan biaya standar. Biaya standar
menyatakan berapa biaya yang seharusnya dicapai dan dapt diterima, tetapi
dengan kinerja yang tidak sempurna. Biaya standar ditentukan secara ilmiah
dengan menggunkan studi waktu dan estimasi rancangan teknik.
Kebanyakan perusahaan tradisional telah menggunkan sistem biaya standar
sebagai pengendalian biaya utamanya. Walaupun demikian, ketika mereka
mempebaiki sistem manajemen biaya, mereka menemukan kekurangan pada sistem
kalkulasi biaya standar konvensionalnya. Itulah latar belakang dari makalah
ini, dan untuk memenuhi tugas dari dosen mata kuliah Akuntansi Biaya.
1.2
Rumusan
Masalah
Adapun yang akan dibahas
dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
a.
Pengertian Standard Costing
b.
Kegunaan Standard Costing
c.
Hubungan
antara Standard Costing dan Anggaran
d.
Penentuan Jenis-jenis standard
e.
Harga
Pokok Standar dan unit ekuivalen
f.
Selisih Harga Pokok Standar
g.
Jurnal umum untuk Standard
Costing
h.
Pengertian Target costing dan
Kaizen Costing
i.
Perbedaan Target Costing,
Kaizen Costing dan Standard Costing
j.
Menjelaskan
pengertian Backflush Costing dan perbedaan sistem perpetual dan sistem periodik
k.
Menjelaskan
kekurangan dari Backflush Costing
BAB
II
ISI
Standard Costing, Target Costing, Kaizen Costing dan Backflush
Costing
2.1 Pengertian Standard
Costing
Merupakan biaya yang ditentukan
dimuka, yang merupakan jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk membuat
satu satuan produk atau untuk membiayai kegiatan tertentu, dibawah kondisi
ekonomi, efisiensi dan faktor-faktor lain tertentu.
Biaya yang seharusnya dikeluarkan
mengandung arti bahwa biaya yang ditentukan dimuka merupakan pedoman didalam
pengeluaran biaya yang sesungguhnya. Apabila terjadi penyimpangan maka yang
dianggap benar adalah biaya standar sepanjang asumsi yang mendasari
penentuannya tidak berubah. Penentuan biaya standar harus dilakukan penyelidikan
terlebih dahulu dengan rancangan produk menggunakan bahan dan proses produksi
yang paling efisien.
Biaya standar merupakan sistem
pembebanan harga pokok kepada produk atau jasa tertentu yang ditentukan dimuka
dengan cara menentukan besarnya biaya dari Material, Direct Labor dan FOH untuk
mengolah satu satuan produk/jasa tertentu.
Kelebihan Standar
Costing:
1. Alat penting
dalam menilai pelaksanaan kebijaksanaan sebelumnya
2. Pedoman untuk
melakukan efisiensi
3. Perencanaan dan
pengambilan keputusan
Kelemahan :
1. Tidak flexible,
dimana keadaan produksi selalu mengalami perubahan
2. Tingkat
keketatan atau kelonggaran standar tidak dapat dihitung dengan tetap
Biaya standar ini dapat digunakan
dalam metode harga pokok pesanan maupun metode hargapokok proses, untuk
perusahaan yang aktivitas produksinya bersifat rutin dan berulang-ulang serta
produknya telah distandarisasikan. Biaya
standar tidak dapat digunakan perusahaan yang sejumlah besar produksinya berbeda dalam jangka waktu yang relatif pendek.
3
Aktivitas dalam sistem harga
pokok standar :
-
Penentuan Standar
-
Pengumpulan Biaya yang
sesungguhnya terjadi
-
Analisa Varian biaya standar
dengan biaya sesungguhnya
2.2 Kegunaan Standar
Costing
Sistem biaya standar dirancang untuk mengendalikan biaya.
Sehingga bermanfaat :
•
Merupakan alat yang penting
dalam menilai pelaksanaan kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya.
•
Memberikan pedoman bagi
manajemen dalam pengendalian biaya dengan cara perbaikan metode produksi,
pemilihan tenaga kerja dan kegiatan yang lain.
2.3 Hubungan Standar
Costing dengan Anggaran
Biaya standar berkaitan dengan biaya
per unit dan pada hakekatnya sama tujuannya dengan suatu anggaran, namun pada
skala yang lebih kecil, suatu anggaran dikaitkan dengan jumlah biaya secara keseluruhan
bukan dari jumlah biaya per unit.
Anggaran dan standar costing keduanya
merupakan penentuan biaya yang dilakukan dimuka sebelum suatu kegiatan
dilaksanakan.
Beberapa
perbedaan antara anggaran dengan Standar Costing antara lain :
1.
Tidak semua anggaran disusun
atas dasar biaya standar
2.
Anggaran merupakan biaya yang
diharapkan (expected), sedangkan biaya standar adalah biaya yang seharusnya
dicapai oleh pelaksana
3.
Anggaran cenderung merupakan
batas yang tidak boleh dilampaui, sedangkan biaya standar mengutamakan
tingkatan biaya yang harus bisa ditekan (dikurangi) agar kinerja lebih baik.
4.
Anggaran umumnya disusun untuk
setiap bagian dalam perusahaan (pemasaran, produksi, dan adm & umum)
sedangkan biaya standar umumnya hanya untuk biaya produksi saja.
5.
Selisih biaya yang timbul dari
biaya standar akan diinvestigasi (diperiksa) penyebabnya dengan teliti,
sedangkan anggaran tidak didasarkan atas biaya standar, hanya menekan
penghematan biaya dibanding anggaran, selisih umumnya tidak diperiksa lebih
lanjut.
2.4 Jenis-jenis Standar
Costing
a. Standar Kapasitas
Teoritis (theoretical capacity standard)
Standar ini mendasar kepada kemampuan produksi suatu departemen atau
pabrik pada kecepatan penuh tanpa berhenti. Tidak diperhitungkan adanya
hambatan atau penghentian proses produksi yang tidak dapat dihindari baik
karena factor internal maupun factor eksternal. Seringkali disebut sebagai
standar pada kapasitas penuh atau 100%. Standar ini jarang dipakai karena tidak
mungkin dicapai.
b. Standar
Kapasitas Praktis (practical capacity standard)
Standar ini merupakan salah satu konsep pendekatan jangka panjang,
yang didasarkan kepada tingkatan produksi teoritis dikurangi dengan
hambatan-hambatan yang tidak bisa dihindari karena factor internal.
c. Standar Kapasitas
Normal (normal capacity standar)
Juga merupakan konsep pendekatan jangka panjang, dimana standar
kegiatan produksi dihitung dari standar kegiatan teoritis dikkurangi
hambatan-hambatan internal dan eksternal.
d. Standar Kapasitas
yang diharapkan (expected capacity standar)
Menggunakan pendekatan jangka pendek. Biasanya tingkat produksi yang
diharapkan dipengaruhi oleh ramalan penjualan pada periode akuntansi yang akan
datang dan perubahan persediaan produk yang dikehendaki.
2.5 Harga Pokok Standar dan unit
ekuivalen
Penentuan
Harga Pokok Standar dibagi menjadi 3 bagian :
-
Biaya Bahan Baku Standar
-
Biaya Tenaga Kerja Standar
-
Biaya Overhead Pabrik Standar
1.
Biaya Bahan Baku Standar
Terdiri dari :
-
Kuantitas Standar : Input fisik
yang diperlukan
-
Harga Standar : Harga per satuan input fisik tersebut
Penentuan Kuantitas Standar Bahan Baku :
a.
Penyelidikan teknis, menyangkut
penetapan spesifikasi, baik bentuk, ukuran, warna, karakteristik pengolahan
maupun kualitasnya.
b.
Analisa catatan masa lalu
meliputi :
o
Menghitung rata-rata pemakaian
bahan baku untuk produk dan pekerjaan yang sama.
o
Menghitung rata-rata pemakaian
bahan baku dalam pelaksanaan yang paling baik dan yang paling buruk.
c.
Penentuan harga standar bahan
baku dengan cara melihat :
o
Daftar harga pemasok, catalog,
brosur yang berkaitan dengan baha baku
o
Informasi lain yang berhubungan
dengan kemungkinan terjadinya perubahan harga dimasa mendatang
d.
Harga yang dipakai sebagai
harga standar, dapat berupa :
o
Harga yang diperkirakan
terjadinya dimasa mendatang, biasanya untuk jangka waktu 1 tahun.
|
2.
Biaya Tenaga Kerja Standar
Terdiri dari :
-
Jam Tenaga Kerja Standar
-
Tarif Upah Standar
a.
Penentuan Jam Tenaga Kerja
Standar
o
Menghitung rata-rata jam kerja
yang diperlukan untuk suatu pekerjaan yang sama di masa yang lalu
o
Membuat test run operasi
produksi
o
Mengadakan penyelidikan gerak
dan waktu dari berbagai kerja karyawan
o
Mengadakan taksiran yang
reasonable didasarkan pengalaman dan pengetahuan
b.
Penentuan Tarif Upah Standar
o
Kontrak kerja
o
Rata-rata hitung dan rata-rata
tertimbang dari upah karyawan dimasa lalu untuk pekerjaan yang sama
o
Penghitungan tarif upah dalam
operasi normal
3.
Biaya Overhead Pabrik Standar
Penentuan Biaya Overhead Pabrik Standar dilakukan dengan cara
menggunakan tarif overhead standar yang dihitung dengan membagi jumlah biaya
overhead pabrik yang dianggarkan pada kapasitas normal.
CONTOH :
Berikut ini standar per unit produk yang dihasilkan oleh CV. Anwar untuk
periode tertentu yaitu :
Harga bahan baku standar = 5400
Bahan langsung 4 kg @ Rp. 5.000,- =
Rp. 20.000,- / unit output
T.K. langsung 2 jam @ Rp.
8.000,- = Rp. 16.000,- / unit output
Informasi tambahan yang diperoleh mengenai hal-hal yang sesungguhnya
terjadi yaitu :
- Unit barang yang diproduksi 10.000
unit
- Biaya bahan baku Rp.
270.000,-
- Bahan baku yang dibeli dan digunakan 50.000
kg
- Harga bahan baku / kg Rp.
5.000,-
- Biaya tenaga kerja langsung Rp.
171.600,-
- Jam Kerja sesungguhnya 22.000 jam
- Biaya tenaga kerja per jam Rp. 7.800,-
- Bahan baku yang dibeli sesungguhnya 55.000
kg
Diminta :
Hitunglah :
1. Selisih biaya bahan baku
2. Selisih biaya tenaga kerja
3. Jurnal
a. Untuk mencatat pembelian bahan baku
b. Mencatat penggunaan bahan baku
c. Mencatat upah gaji
JAWAB :
1.
Selisih Harga Bahan Baku :
a.
Selisih harga bahan baku =
(Harga standar/unit - Harga sesungguhnya/unit) x Kuantitas sesungguhnya dibeli
Selisih harga bahan baku= (Rp. 5.400,- -Rp.
5.000,-) x 50.000 kg
= Rp.20.000.000,- (TM/UF).
b.
Selisih efisiensi bahan baku =
(Kuantitas standar - Kuantitas dipakai sesungguhnya) x Harga standar/unit
Selisih Kwantitas = {50.000
kg – (10.000 x 4 kg} x Rp. 5.000,-
2. Selisih Tenaga Kerja :
a.
Selisih tariff upah langsung =
(Tarip standar/jam - Tarip sesungguhnya/jam) x Jam kerja sesungguhnya
Selisih Tarif = (Rp. 7.8000,- - Rp. 8.000,-) x 22.000 jam
=
Rp.4.400.000,- (M/F).
b.
Selisih efesiensi tenaga kerja
langsung = (Jam kerja standar - Jam kerja sesungguhnya) x Tarip standar/jam
Selisih Efisiensi= (22.000 Jam – 20.000
Jam) x Rp. 8.000,-
= Rp.16.000.000,- (TM).
3. Jurnal :
a. Mencatat pembelian bahan baku
Bahan Baku Rp.275.000.000,-
Selisih
Harga Rp 32.000.000,- (dari yang dibeli)
Hutang Dagang Rp.297.000.000,-
b. Mencatat penggunan bahan baku
B.D.P Rp.200.000.000,-
Selisih
Efisiensi Rp. 16.000.000,-
Bahan Baku Rp.250.000.000,-
c. Mencatat upah dan gaji
B.D.P Rp.160.000.000,-
Selisih
efisiensi tenaga kerja Rp. 16.000.000,-
Selisih tarif tenaga
kerja Rp. 4.400.000,-
Hutang upah / gaji Rp.171.600.000,-
Buku Besar
BAHAN BAKU
Kwantitas
pembelian ssg X Harga STD/Unit Kwantitas
pengguna ssg X Harga STD/ unit
Rp.
275.000.000,- Rp.
250.000.000,-
B.D.P
Kwantitas STD yg
dipakai X Harga STD/Unit
Rp. 200.000.000,-
Rp.
160.000.000,-
Selisih harga bahan baku
Kwantitas
pembelian ssg X Harga/Unit
Rp. 22.000.000,-
Selisih efisiensi bahan baku
Selisih kwantitas
yang dipakai X Harga STD/
Unit Rp. 50.000.000,-
Selisih efisiensi tenaga kerja
Selisih jam kerja
X tarif STD/Unit
Rp. 16.000.000,-
Selisih tarif tenaga kerja
Jam kerja ssg X selisih per unit
Rp. 4.400.000,-
2.6 ANALISA VARIANCE / SELISIH
Pada standar cost (harga pokok standard) variance
(selisih) dihitung untuk tiap elemen biaya yaitu :
a.
Selisih bahan
b.
Selisih tenaga kerja
c.
Selisih BOP
Dengan cara
membandingkan antara standard dengan sesungguhnya.
SELISIH pada umumnya
terdapat 2 jenis :
1.
Selisih menguntung (favorable)
Standard > sesungguhnya
2.
Selisih tidak menguntungkan (unfavorable)
Standard < sesungguhnya
PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS SELISIH
(PROSEDUR
PENCATATAN SELISIH)
REKENING
SELISIH
DEBIT
KREDIT
Unfavorable Favorable
(tidak
menguntungka) (menguntungkan)
KETENTUAN-KETENTUAN DALAM MENCATAT SELISIH
BAHAN BAKU LANGSUNG
- Biaya standard bahan baku yang
dibebankan ke rekening BOP.
- Persediaan bahan baku dicatat dengan standard dan
pencatatan selisih dengan harga pada saat bahan baku diterima.
- Persediaan bahan baku dicatat sebesar harga sesungguhnya
(actual cost) dan variance dicatat pada saat bahan baku dimasukkan ke
dalam produksi.
UPAH TENAGA KERJA LANGSUNG
- Dalam sistem biay standard, biaya tenaga kerja langsung
dibebankan ke perkiraan BOP dengan menggunakan jam standard yang
ditentukan dengan tarif standard.
- Selisih terjadi oleh perbedaan antara gaji / unit (jam
kerja sesungguhnya x tarif sesungguhnya) dengan biaya standard.
- Selisih biaya tenaga kerja diakui
pada saat terjadinya.
JURNAL : METODE I
A. Untuk mencatat pembelian bahan baku.
Persediaan bahan baku (harga STD X Kwantitas ssg) xxx
Variance
harga bahan baku (unfavorable) xxx
Hutang xxx
B. Untuk mencatat pemakaian bahan baku.
B.D.P
(tarif STD X STD Kwant) xxx
Selisih Kwantitas (favorable) xxx
Persediaan bahan baku (tarif
STD X Kwant ssg) xxx
CONTOH UNTUK TENAGA KERJA LANGSUNG
A. Mencatat upah / gaji harus dibayar :
Upah / gaji (jam kerja ssg X tarif ssg) xxx
Hutang upah / gaji xxx
B. Mencatat alokasi upah
/ gaji dan selisih :
B.D.P
(jam STD X tarif STD) xxx
Selisih tarif (UF) xxx
Selisih efisiensi (UF) xxx
Upah / gaji xxx
BIAYA STANDARD OVERHEAD PABRIK DAN ANALISA
VARIANCE
Selisih BOP terdiri dari :
a.
Metode 2 selisih
1.
Selisih Terkendali (Controllable Variance)
Formulasi
:
FOH
Actual xxx
Budget
FOH (jam STD)
-
Fixed Cost xxx
-
Variable Cost xxx
*)
xxx
**)
Cost Variance xxx (Fav
/ Unfav)
2.
Selisih Volume (Volume Variance)
Formulasi
:
Budget FOH (jam STD) xxx**)
FOH dibebankan ke produksi xxx
(Jam STD X tarif STD FOH)
Volume
Variance xxx
(Fav / Unfav)
Note :
*)
Hitung dari jam STD X Tarif variable FOH
**) Nilai harus sama
Metode 2 selisih :
a. Selisih terkendali = sel. Pengeluaran +
Sel. Eff. Variable
b.
Selisih volume = sel. Kapasitas + sel.
Eff. Tetap
b.
Metode 3 Selisih :
1. Selisih Pengeluaran (Spending Variance)
Formulasi
:
FOH
Actual xxx
Budget
FOH (jam ssg)
-
Fixed Cost xxx
-
Variable cost xxx*)
xxx**)
Spending Variance xxx (Fav / Unfav)
2. Selisih Kapasitas
Menggangur (idle Capacity Variance)
Formulasi :
Actual jam kerja X tarif STD xxx
FOH dibebankan ke produksi xxx
(jam ssg X tarif FOH STD)
Idle Capacity Variance xxx (Fav / Unfav)
3. Selisih Kapasitas
Menggangur (Efficiency Variance)
Formulasi :
Actual jam kerja X tarif STD xxx
FOH yang dibebankan ke produksi xxx
(jam
STD X tarif STD)
Eff. Variance xxx (Fav / Unfav)
Note :
*) Perhitungan = jumlah ssg X tarif variable
**) Nilainya harus
sama
c. Metode 4 Selisih
metode 4 selisih terdiri dari semua komponen yang ada
dalam metode 3 selisih, hanya saja selisih efisiensi dianalisa lebih rinci
(detail), selisih pengeluaran atau selisih kapasitas menganggur adalah sama
dalam kedua metode tersebut.
Pada
metode 4 variance, selisih efisiensi dianalisa berdasarkan komponen biaya tetap
dan komponen biaya variable.
- Selisih Pengeluaran (Spending variance)
(lihat : pada
metode 3 selisih)
- Selisih Kapasitas Menganggur
idem
3. Selisih Efisiensi Biaya Tetap (Fixed Eff. Variance)
Formulasi :
Actual Jam
kerja X tarif STD tetap xxx
STD jam kerja
X tarif STD tetap xxx
Fixed eff. Variance xxx (Fav / Unfav)
4. Selisih Eff. Biaya Tidak Tetap (Variable
Eff. Variance)
Formulasi :
Actual Jam
kerja X tarif STD tetap xxx
STD jam kerja
X tarif STD tetap xxx
Variable eff. Variance xxx (Fav / Unfav)
Metode 2 Selisih :
- Selisih terkendali = sel. Pengeluaran
+ sel. Eff. Variable
- Selisih volume = sel. Kapasitas + sel. Eff. Tetap
Total selisih (metode 1 selisih) :
Sel.
Pengeluaran + sel. Kapasitas + sel. Efisiensi (tetap / variable).
2.7 Pengertian Target
Costing dan Kaizen Costing
A.
Target Costing
Target biaya atau target costing adalah
metode penentuan biaya produksi dimana perusahaan terlebih dahulu menentukan
biaya produksi yang harus dikeluarkan berdasarkan harga kompetitif, dengan
demikian perusahaan memperoleh laba yang diharapkan.
Target biaya = harga jual – laba yang diharapkan.
Target
costing merupakan metode perencanaan
laba dan manajemen laba yang difokuskan pada produk dengan mempertimbangkan
proses manufacturing sehingga target costing ini digunakan oleh perancang
sebelum proses dan proses desain dilakukan untuk mencapai tujuan perbaikan
usaha pada pengurangan biaya manufaktur produk di masa depan. Target costing
digunakan selama tahap perencanaan dan menuntun dalam pemilihan produk serta
proses desain yang akan menghasilkan suatu produk yang dapat diproduksi pada
biaya yang diijinkan dan pada suatu tingkat laba yang dapat diterima. Target
costing juga memberikan perkiraan harga pasar produk, volume penjualan, dan
tingkat fungsionalitas.
Metode dalam penetapan target costing:
1. Memperoleh target cost dari perencanaan laba.
Artinya, target cost berasal dari penjualan dan target profit. Tidak ada
pemakaian pada target cost berasal dari manajemen yang lebih rendah dalam
metode ini, yang digolongkan sebagai metode “atas ke bawah”.
2. Memperoleh target cost dari perencanaan teknik.
Dalam metode ini, para insinyur memperkirakan target cost bergantung pada
keahlian atau pengalaman saat ini dan ketersediaan sarana produksi. Metode ini
dapat digolongkan sebagai metode “bawah ke atas”.
3. Menggabungkan dua metode. Manajemen tertinggi tahu
tentang target profit, tapi sejak kerja sama karyawan dibutuhkan untuk membuat
penetapan target cost bekerja, para ahli mengenai penetapan target cost percaya
bahwa kombinasi metode “atas ke bawah” dan “bawah ke atas” adalah metode
terbaik untuk digunakan.
Terdapat dua alasan mengapa target
costing sebaiknya digunakan perusahaan didalam situasi pasar yang sangat
kompetitif:
1. Perusahaan tidak dapat menentukan dan mengendalikan harga jual produknya
secara sepihak.
2. Sebagian besar biaya produk ditentukan pada tahap design.
Pengimplementasian target costing
Untuk mengimplementasikan metode target biaya didalam
perusahaan terdapat serangkaian fase yang harus dilalui oleh perusahaan antara
lain:
1. Menentukan harga pasar
2. Menetukan laba yang diharapkan
3. Menghitung target biaya pada harga pasar dikurangi laba yang
diharapkan
4. Menggunakan rekayasa nilai untuk mengidentifikasi cara yang dapat
digunakan untuk menurunkan biaya produk.
5. Menggunakan perhitungan biaya kaizen dan pengendalian operasional
untuk terus menurunkan biaya.
B. Kaizen Costing
Kaizen costing menurut Mulyadi (2003:422 - 423)
merupakan: “sistem akuntansi biaya yang secara efektif dapat digunakan oleh
manajemen di dalam mengelola biaya pada tahap produksi produk”.
Kaizen costing menurut Supriyono (2002:152) adalah: perbaikan secara terus-menerus yang didukung proses pengurangan biaya dalam tahap pemanufakturan produk yang sudah ada.”
Kaizen costing menurut Cooper (2005:239) : Perusahaan yang menerapkan kaizen costing dengan melakukan perubahan secara bertahap dan berkesinambungan, biasa disebut dengan continuous improvement. “Kata improvement di sini menurut Cooper adalah pengembangan terus-menerus untuk menyempurnakan keadaan yang telah ada, tanpa menciptakan sesuatu yang baru.”
Jadi, Kaizen costing digunakan untuk menjamin terlaksananya improvement berkelanjutan sejak saat produk selesai didesain dan dikembangkan sampai saat produk dihentikan produksinya sebagai discontinued produk.
Berdasarkan paradigma continous improvement, setiap tahun anggran, produsen merencanakan improvement yang akan dilakukan selama tahun anggaran terhadap sistem dan proses pembuatan produk. Rencana improvement tersebut dinyatakan dalam cost reduction target yang akan dicapai dalam tahun anggaran, yang didukung dengan rencana pengurangan dan penghilangan berbagai aktivitas bukan penambah nilai (non-value added activities) dan pemilihan dan pembagian aktivitas penambah nilai (value-added activities). Fokus perhatian produsen diarahkan kepada cost reduction target yang merupakan selisih antara target cost dengan estimated actual costs yang diperkirakan akan terjadi selama tahun anggaran.
Gambaran Target costing dan kaizen costing untuk mendukung strategic cost reduction pada tahap desain dan pengembangan produk dan pada tahap produksi
Kaizen costing menurut Supriyono (2002:152) adalah: perbaikan secara terus-menerus yang didukung proses pengurangan biaya dalam tahap pemanufakturan produk yang sudah ada.”
Kaizen costing menurut Cooper (2005:239) : Perusahaan yang menerapkan kaizen costing dengan melakukan perubahan secara bertahap dan berkesinambungan, biasa disebut dengan continuous improvement. “Kata improvement di sini menurut Cooper adalah pengembangan terus-menerus untuk menyempurnakan keadaan yang telah ada, tanpa menciptakan sesuatu yang baru.”
Jadi, Kaizen costing digunakan untuk menjamin terlaksananya improvement berkelanjutan sejak saat produk selesai didesain dan dikembangkan sampai saat produk dihentikan produksinya sebagai discontinued produk.
Berdasarkan paradigma continous improvement, setiap tahun anggran, produsen merencanakan improvement yang akan dilakukan selama tahun anggaran terhadap sistem dan proses pembuatan produk. Rencana improvement tersebut dinyatakan dalam cost reduction target yang akan dicapai dalam tahun anggaran, yang didukung dengan rencana pengurangan dan penghilangan berbagai aktivitas bukan penambah nilai (non-value added activities) dan pemilihan dan pembagian aktivitas penambah nilai (value-added activities). Fokus perhatian produsen diarahkan kepada cost reduction target yang merupakan selisih antara target cost dengan estimated actual costs yang diperkirakan akan terjadi selama tahun anggaran.
Gambaran Target costing dan kaizen costing untuk mendukung strategic cost reduction pada tahap desain dan pengembangan produk dan pada tahap produksi
Hubungan antara perhitungan biaya berdasarkan target dan
kaizen adalah harga diasumsikan stabil atau menurun pada perusahaan-perusahaan
yang sesuai menggunakan perhitungan biaya berdasarkan target karena persaingan
yang ketat dalam hal harga, kualitas, dan fungsionalitas produk. Perusahaan ini
merespons tekanan persaingan dengan melakukan desain ulang produk secara
periodik, menggunakan perhitungan biaya berdasarkan target secara simultan
menurunkan harga produk dan meningkatkan nilai mereka.
Pada waktu antara desain ulang produk, perusahaan manggunakan kaizen untuk mengurangi biaya produk dalam proses produksi dengan cara mempersingkat rantai nilai pemasok dan meningkatkan metode-metode produksi serta program produktivitas. Sehingga perhitungan biaya berdasarkan target dan kaizen adalah metode yang saling melengkapi yang digunakan secara berkelanjutan menurunkan biaya dan meningkatkan nilai
Pada waktu antara desain ulang produk, perusahaan manggunakan kaizen untuk mengurangi biaya produk dalam proses produksi dengan cara mempersingkat rantai nilai pemasok dan meningkatkan metode-metode produksi serta program produktivitas. Sehingga perhitungan biaya berdasarkan target dan kaizen adalah metode yang saling melengkapi yang digunakan secara berkelanjutan menurunkan biaya dan meningkatkan nilai
Dasar Penetapan
Penerapan Kaizen Costing
Menurut Supriyono (2002:168), penetapan biaya kaizen
digolongkan menjadi 2 jenis:
1.
Aktivitas-aktivitas yang
diimplementasikan pada kinerja sesungguhnya kaizen jika terjadi perbedaan
antara biaya sesungguhnya dan biaya target cukup besar setelah produk baru
diproduksi selama tiga bulan.
2.
Aktivitas-aktivitas lainnya
yang diimplementasikan secara berkesinambungan setiap periode untuk mengurangi
perbedaan antara laba target dan laba taksiran dan dengan demikian untuk
mencapai biaya yang diperkenankan.”
Sasaran Penerapan
Kaizen Costing
Menurut Amin (2002:41), sasaran kaizen costing yaitu:
“dengan berusaha secara berkesinambungan menghasilkan produk dengan mutu yang
lebih baik dengan harga yang lebih rendah.”
2.8 Perbedaan Target Costing, Standar Costing dan Kaizen Costing
Biaya
target lebihkecil dari biaya yang dapat dicapai sekarang yang didasarkan atas
prosesdan teknologi standar. Standar berperan sebagai benhmarks (ukuran
perbandingan) yang mengukur tambahan kemajuan dalam proses pencapaian biaya
target.
1) Biaya target menunjukkan standar penggerak pasar
Harga pasar kompetitif –markup yang diinginkan =
biaya yang diperkenankan
2) Biaya standar menunjukkan standar penggerak teknis
Biaya standar yang ditentuksn secara teknis +
markup yang diinginkan = harga pasar uang diinginksn
Perbedaan
lainnya adalah kalkulasi niaya target menunjukkan metode perencanaan biaya yang
menekankan pada pengendalian spesifikassi rancangan dan teknik produksi. Dan
biaya target ditentukan oleh pasar dasn berasal dari sumber eksternal,
ssedangkan biaya standar ditentukan terlebih dahulu dari analisis internal atas
proses produksi
Perbedaan biaya standar dan biaya
kazien adalah sebagai berikut :
Biaya Standar
|
Biaya kazien
|
a. Konsep sistem pengendalian biaya
b. Asumsi kondisi proses produksi sekarang
c. Memenuhi standar biaya kinerja
d. Standar ditetapkan secara tahunan atau setengah
tahunan
e. Analisis varians biaya mencakup biaya standar
dan biaya aktual
f. Menyelidiki dan menaggapi apabila standar tidak
terpenuhi
|
a.Konsep sistem
pengurangan biaya
b.Asumsi perbaikan
proses produksi yang berkesinambungan
c.Mencapai target
pengurangan biaya
d.Target penurunan biaya
ditetapkan dan dibebankan setiap bulan
e.Analisis varians biaya
mencakup target biaya kaizen dan jumlah pengurangan biaya aktual
f.Menyelidiki dan
menanggapi apabila jumlah target kaizen pabila tidak tercapai
|
2.9
Backflushing Costing
Untuk beberapa kasus produksi adakalanya proses produksi berlangsung sedemikian cepatnya sehingga pencatatan akuntansi tradisional dirasakan tidaklah memadai lagi, karena selalu ketinggalan. Ketika akuntansi tradisional baru mencatat kejadian pembelian bahan baku padahal pada saat yang hampir bersamaan, produk yang sedang dicatat bahan bakunya itu sudah terjual dipasar sehingga menimbulkan masalah dalam pencatatannya.
Untuk menjawab persoalan tersebut, maka kemudian muncullah pendekatan akuntansi terbaru berupa penyingkatan aliran biaya perusahaan manufaktur yang dikenal dengan konsep Just in Time.Karakteristik Backflushing Costing:
• Bahan baku yang diterima dari pemasok, dicatat di debet akun RIP ( Raw and in Process )
• Penggunaan tenaga kerja langsung, dicatat di debet akun Harga Pokok Penjualan
• Komponen biaya bahan baku atas produk selesai di backflush dari RIP
• Komponen biaya bahan baku atas produk terjual di backflush dari Barang Jadi
• Diperlukan penyesuaian biaya konversi
Penentuan Harga Pokok Backflush
Penentuan harga pokok backflush mengeliminasi rekening barang dalam proses
dan membebankan biaya produksi secara
langsung pada produk selesai.
Perusahaan menggunakan backflush costing jika terdapat kondisi-kondisi
sebagai berikut :
1.
Manajemen
ingin sistem akuntansi yang sederhana.
2.
Setiap produk
ditentukan biaya standarnya.
3.
Metode ini
menghasilkan penentuan harga pokok produk yang kira-kira mengasilkaninformasi
keuangan yang sama dengan penelusuran secara berurutan.
Ilustrasi:
Pembelian bahan baku
Bahan baku diterima dari supplier Rp. 812.000
Jurnal :
D: RIP Rp. 812.000
K: Utang usaha Rp. 812.000
Penggunaan bahan baku
Penggunaan bahan tidak langsung Rp. 30.000
Jurnal:
D: Pengendali Overhead Pabrik Rp. 30.000
K: Perlengkapan Rp. 30.000
Penggunaan bahan tidak langsung Rp. 30.000
Jurnal:
D: Pengendali Overhead Pabrik Rp. 30.000
K: Perlengkapan Rp. 30.000
Pembebanan Gaji
Beban gaji sebesar Rp. 320.000 dicatat dan dibayar
Jurnal :
D: Beban gaji Rp. 320.000
K: Utang gaji Rp. 320.000
Distribusi beban gaji dengan perincian :
Beban gaji sebesar Rp. 320.000 dicatat dan dibayar
Jurnal :
D: Beban gaji Rp. 320.000
K: Utang gaji Rp. 320.000
Distribusi beban gaji dengan perincian :
tenaga kerja
langsung Rp. 50.000, tenaga kerja tidak langsung Rp. 90.000, gaji bagian
pemasaran Rp. 100.000 dan gaji bagian administrasi Rp. 80.000.
Jurnal:
D: Harga pokok penjualan Rp. 50.000
D: Pengendali overhead pabrik Rp. 90.000
D: Pengendali beban pemasaran Rp. 100.000
D: Pengendali beban administrasi Rp. 80.000
K: Beban gaji Rp. 320.000
Jurnal:
D: Harga pokok penjualan Rp. 50.000
D: Pengendali overhead pabrik Rp. 90.000
D: Pengendali beban pemasaran Rp. 100.000
D: Pengendali beban administrasi Rp. 80.000
K: Beban gaji Rp. 320.000
Overhead pabrik yang lain meliputi :
penyusutan Rp.
580.000 dan asuransi dibayar dimuka Rp. 18.000
Jurnal:
D: Pengendalian overhead pabrik Rp. 598.000
K: Akumulasi penyusutan Rp. 580.000
K: Asuransi dibayar dimuka Rp. 18.000
Overhead pabrik lain-lain meliputi:
Jurnal:
D: Pengendalian overhead pabrik Rp. 598.000
K: Akumulasi penyusutan Rp. 580.000
K: Asuransi dibayar dimuka Rp. 18.000
Overhead pabrik lain-lain meliputi:
dibayar tunai
Rp. 34.000 dan utang usaha sebesar Rp. 8.000
Jurnal:
D: Pengendali overhead pabrik Rp. 42.000
K: Kas Rp. 34.000
K: Utang usaha Rp. 8.000
Pengendali overhead pabrik dibebankan ke harga pokok penjualan
Jurnal:
D: Harga pokok penjualan Rp. 760.000
K: Pengendali overhead pabrik Rp. 760.000
Komponen biaya bahan baku atas produk yang telah selesai di backflush dari RIP:
Jurnal:
D: Barang jadi Rp. 809.000
K: RIP Rp. 809.000
catatan : RIP awal Rp. 40.200 + Rp. 812.000 - RIP akhir Rp. 43.200 = Rp. 809.000
Komponen biaya bahan baku atas produk yang terjual di backflush dari barang jadi.
Jurnal:
D: Harga pokok penjualan Rp. 805.400
K: Barang jadi Rp. 805.400
catatan: Barang jadi awal Rp. 168.000 + Rp.809.000 - Barang jadi akhir Rp. 171.600
= Rp. 805.400
Jurnal:
D: Pengendali overhead pabrik Rp. 42.000
K: Kas Rp. 34.000
K: Utang usaha Rp. 8.000
Pengendali overhead pabrik dibebankan ke harga pokok penjualan
Jurnal:
D: Harga pokok penjualan Rp. 760.000
K: Pengendali overhead pabrik Rp. 760.000
Komponen biaya bahan baku atas produk yang telah selesai di backflush dari RIP:
Jurnal:
D: Barang jadi Rp. 809.000
K: RIP Rp. 809.000
catatan : RIP awal Rp. 40.200 + Rp. 812.000 - RIP akhir Rp. 43.200 = Rp. 809.000
Komponen biaya bahan baku atas produk yang terjual di backflush dari barang jadi.
Jurnal:
D: Harga pokok penjualan Rp. 805.400
K: Barang jadi Rp. 805.400
catatan: Barang jadi awal Rp. 168.000 + Rp.809.000 - Barang jadi akhir Rp. 171.600
= Rp. 805.400
Kekurangan BackFlush Costing
Salah satu kelemahan dari Backflush costing adalah bahwa strategi
ini tidak banyak dianggap sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum. Hal ini karena persediaan tersebut kemungkinan berada di bawah harga selama
proses produksi, karena biaya sebenarnya untuk persediaan yang baru saja tiba tidak diposting sampai produksi selesai. Situasi ini kadang-kadang disusun untuk memungkinkan posting dari biaya standar untuk
bahan baku ketika
dibeli. Ada juga beberapa keberatan untuk tidak mengakui
barang jadi sampai titik penjualan.
Backflush costing tidak bekerja dengan baik dengan pendekatan persediaan just-in-time, kurangnya detail kadang-kadang dapat membuat masalah selama audit catatan keuangan perusahaan. Hal ini dapat menyebabkan situasi di mana backflush menjadi perlu untuk menggunakan dokumentasi yang ada untuk merekonstruksi rantai peristiwa yang terlibat dalam proses produksi, bukan sekadar mengikuti urutan peristiwa yang tercatat dalam catatan akuntansi. Untuk alasan ini, penggunaan Backflush costing dapat menghasilkan lebih banyak pekerjaan daripada yang telah diperlukan dengan mengikuti pendekatan akuntansi yang lebih tradisional.
Backflush costing tidak bekerja dengan baik dengan pendekatan persediaan just-in-time, kurangnya detail kadang-kadang dapat membuat masalah selama audit catatan keuangan perusahaan. Hal ini dapat menyebabkan situasi di mana backflush menjadi perlu untuk menggunakan dokumentasi yang ada untuk merekonstruksi rantai peristiwa yang terlibat dalam proses produksi, bukan sekadar mengikuti urutan peristiwa yang tercatat dalam catatan akuntansi. Untuk alasan ini, penggunaan Backflush costing dapat menghasilkan lebih banyak pekerjaan daripada yang telah diperlukan dengan mengikuti pendekatan akuntansi yang lebih tradisional.
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Biaya standar unit untuk suatu input tertentu bergantung pada
standar kuantitas dan standar harga. Standar kuantitas mengacu pada jumlah input
yang seharusnya digunakan per unit output. Standar harga mengacu
pada jumlah yang seharusnya dibayar untuk jumlah input yang digunakan.
Biaya standar unti dapat dihitung dengan mengalikan kedua standar ini: Standar
Kuantitas x Standar Harga.
Variance (selisih) dari practical standart dapat sangat berguna bagi
manajemen, karana menggambarkan daviasi atau penyimpangan dari situasi bahwa
perhatian manajemen dibutuhkan dalam hal tersebut. Lebih jauh lagi, practical
standart mempunyai kegunaan lain, yaitu untuk mempredikdi cash flow dan perencanaan
persediaan. Ideal standart tidak bisa digunakan untuk memprediksi cash flow
ataupu perencanaan persediaan, karena tidak menggambarkan in-efficiency yang
normal, dan karenanya jika digunakan dapat berakibat pada perencanaan dan
proyeksi yang tidak realistis.
Menyusun standart
cost adalah lebih mengarah pada suatu seni dibandingkan suatu ilmu
pengetahuan. Penyusunan tersebut membutuhkan gabungan keahlian dari
berbagai pihak yang berkompeten terhadap harga dan kualitas input. Orang-orang
yang terlibat antara lain: akuntan manajemen, agen pembelian, industrial
engineer, pengawas produksi, manajer inti, dan pekerja pabrik yang bersangkutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar