AKUNTANSI BIAYA
METODE HARGA POKOK
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Informasi mengenai harga pokok
produksi sangat penting bagi perusahaan yaitu sebagai pedoman bagi pihak
manajemen dalam rangka menentukan harga jual yang akan ditawarkan kepada
pembeli, agar mampu bersaing di pasar. Pengumpulan biaya produksi dalam suatu
perusahaan dipengaruhi oleh karakteristik kegiatan produksi perusahaan
tersebut. Oleh karena itu perusahaan
harus mampu menganalisa setiap kebijakan yang akan diambilnya. Dan menyesuaikan
metode-metoe yang mereka pilih dengan jurnal-jurnal dan aturan-aturan per
metode tersebut.
1.2
Rumusan
Masalah
1.2.1 Apa itu Metode Harga Pokok Pesanan?
1.2.2 Bagaimana cara membuat jurnal dalam metode harga pokok pesanan?
1.2.3 Bagaimana cara menbuat Kartu Biaya Pesanan
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1
Mengetahui
karakteristik perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan
1.3.2
Melakukan
akumulasi biaya berdasarkan pesanan
1.3.3
Membuat
ayat jurnal akuntansi biaya berdasarkan metode harga pokok pesanan
1.3.4
Membuat
kartu biaya pesanan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Karakteristik perusahaan dan metode harga pokok pesanan
Metode harga pokok pesanan adalah perusahaan
yang produksinya berdasarkan pesanan mengolah bahan baku menjadi produk jadi
berdasarkan pesanan dari luar atau dari dalam perusahaan. Karakteristik usaha perusahaan tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Proses pengolahan produk terjadi secara terputus-putus. Jika pesanan yang satu
selesai dikerjakan, proses produksi dihentikan dan mulai dengan pesanan
berikutnya.
2.
Produk dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan oleh pemesan.
Dengan demikian antara pemesan yang satu dengan yang lainnya mempunyai variasi
yang berbeda-beda.
3.
Produksi ditujukan untuk memenuhi pesanan, bukan untuk memenuhi persediaan
gudang.
Pada perusahaan yang menggunakan metode
harga pokok peasanan memiliki karakteristik
sebagai berikut.
1.
Tujuan produksi perusahaan untuk melayani pesanan pembeli yang bentuknya
tergantung pada spesifikasi pemesan, sehingga produksinya terputus-putus dan
setiap pesanan dapat dipisahkan identitasnya secara jelas.
2.
Setiap pesanan memiliki spesifikasi tersendiri dan setiap jenis produk perlu
dihitung harga pokok produksinya secara individual.
3.
Biaya produksi harus digolongkan berdasarkan hubungannya dengan produk menjadi biaya
produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung.
4.
Biaya produksi langsung diperhitungkan sebgai harga pokok produksi pesanan
tertentu berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi, sedangkan biaya overhead
pabrik diperhitungkan ke dalam harga pokok pesanan berdasarkan tariff yang
ditentukan di muka
5. Jumlah total harga
pokok untuk pesanan tertentu dihitung pada saat pesanan yang
bersangkutan selesai,
dengan menjumlahkan semua biaya yang dibebankan kepada
pesanan yang
bersangkutan.
6.
Harga pokok satuan untuk pesanan tertentu dihitung dengan membagi jumlah total
harga pokok pesanan yang bersangkutan dengan jumlah satuan produk pesanan yang
bersangkutan.
7.
Pesanan yang sudah selesai dimasukkan ke gudang produk selesai dan biasanya
segera akan diserahkan (dijual) kepada pemesan sesuai dengan saat/tanggal
pesanan harus diserahkan.
Manfaat perusahaan yang produksinya
berdasarkan pesanan, informasi harga pokok produksi
per pesanan bermanfaat bagi manajemen
untuk :
1.
Menentukan
harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan
Perusahaan yang produksinya berdasarkan
pesanan memproses produknya berdasarkan spesifikasi yang ditentukan oleh
pemesan. Dengan demikian biaya produksi pesanan yang satu akan berbeda dengan
biaya produksi pesanan yang lain, tergantung pada spesifikasi yang dikehendaki
oleh pemesan. Oleh karena itu harga jual yang dibebankan kepada pemesan sangat
ditentukan oleh besarnya produksi yang akan dikeluarkan untuk memproduksi
pesanan tertentu.
2. Mempertimbangkan penerimaan atau
penolakan pesanan
Ada kalanya harga jual produk yang dipesan oleh
pemesan telah terbentuk di pasar, sehingga keputusan yang perlu dilakukan oleh
manajemen adalah menerima atau menolak pesanan. Untuk memungkinkan pengambilan
keputusan tersebut, manajemen memerlukan informasi total harga pokok pesanan
yang akan diterima tersebut. Informasi total harga pokok pesanan memberikan
perlindungan bagi manajemen agar dalam menerima pesanan perusahaan tidak
mengalami kerugian.
3.
Memantau
realisasi biaya produksi
Jika suatu pesanan telah diputuskan untuk diterima,
manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan di
dalam memenuhi pesanan tertentu. Oleh karena itu, akuntansi biaya digunakan
untuk mengumpulkan informasi biaya produksi tiap pesanan yang diterima untuk
memantau apakah proses produksi untuk memenuhi tertentu menghasilkan total
biaya produksi pesanan sesuai dengan yang diperhitungkan sebelumnya
4.
Menghitung
laba atau rugi tiap pesanan
Untuk mengetahui apakah suatu pesanan menghasilkan
laba atau tidak, manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang telah
dikeluarkan untuk memproduksi pesanan tertentu. Informasi laba atau rugi tiap
pesanan diperlukan untuk mengetahui kontribusi tiap pesanan dalam menutup biaya
non produksi dan menghasilkan laba atau rugi. Oleh karena itu, metode harga
pokok pesanan oleh manajemen untuk mengumpulkan informasi biaya produksi
sesungguhnya keluarkan untuk tiap pesanan guna menghasilkan informasi laba atau rugi tiap pesanan
5.
Menentukan
harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam
neraca
Pada saat perusahaan dituntut untuk membuat
pertanggungjawaban keuangan periodik, manajemen harus menyajikan laporan
keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi. Di dalam neraca manajemen harus
menyajikan harga pokok persediaan barang jadi dan harga pokok yang sampai
dengan tanggal neraca masih dalam proses. Untuk tujuan tersebut, manajemen
perlu menyelenggarakan pencatatan biaya produksi untuk setiap pesanan.
Berdasarkan catatan biaya produksi tiap pesanan tersebut manajemen dapat
menentukan biaya produksi yang melekat pada pesanan yang telah selesai
diproduksi, namun pada tanggal neraca belum diserahkan kepada pemesan. Di
samping itu, berdasarkan catatan itu pula manajemen dapat menentukan harga
pokok dari produk yang sampai dengan tanggal penyajian neraca masih dalam
proses pengerjaan
2.2
Aliran Kegiatan dan Aliran Biaya Metode
Harga Pokok Pesanan
Aliran
harga pokok (flow of cost) menunjukkan aliran biaya produksi
dalam rangka kegiatan
pengolahan bahan baku menjadi produk
selesai yang selanjutnya dijual dan oleh karena itu harga pokok produk akan
dipengaruhi atau tergantung pada aliran kegiatan (flow of activity)
perusahaan manufaktur dalam mengolah
bahan baku menjadi produk selesai dan menjualnya. Berikut beberapa kegiatan
dalam aliran kegiatan produksi :
1. Pengadaan
(Procurement)
Pengadaan adalah
kegiatan untuk memperoleh atau mengadakan barang dan jasa yang
akan dikonsumsi dalam
kegiatan produksi, dapat dikelompokkan ke dalam :
a) Pembelian,
penerimaan, dan penyimpanan bahan baku, bahan penolong, suplies
pabrik dan elemen
(barang) lainnya yang akan dikonsumsi dalam kegiatan produksi.
b) Perolehan jasa dari
tenaga kerja langsung, tenaga kerja tidak langsung dan jasa
lainnya yang tidak
dikonsumsi dalam kegiaan produksi.
2. Produksi
(Production)
Produksi
adalah kegiatan mengolah bahan baku menjadi produk selesai. Pada kegiatan tersebut
akan dikonsumsi bahan baku, tenaga kerja langsung, barang dan jasa lainnya yang
dikelompokkan dalam overhead pabrik.
3. Penyimpanan Produk
Selesai (Warehousing of finish goods)
Produk yang telah
selesai diproduksi dari pabrik akan dipindahkan ke dalam gudang
produk selesai menunggu
saat dijual atau diserahkan kepada pemesan.
4. Penjualan Produk
Selesai (Selling of finish products)
Produk
yang sudah laku dijual akan dikeluarkan dari gudang produk selesai untuk dikirim
kepada pembeli, dan perusahaan dapat membebani rekening langganan atau pembeli.
Dalam rangka pengadaan bahan baku akan
membentuk harga perolehan persediaan bahan baku, pengadaan jasa karyawan
menimbulkan biaya gaji dan upah, konsumsi bahan penolong dan barang lain serta
jasa yang dikelompokkan dalam overhead pabrik menimbulkan biaya overhead
pabrik.
Dalam rangka pengolahan produk, bahan
baku yang dikonsumsi membentuk Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku, tenaga
kerja yang dikonsumsi membentuk Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja
Langsung, biaya overhead yang dikonsumsi membentuk Barang dalam proses-Biaya
overhead pabrik. Dalam rangka penyimpanan produk selesai sebelum dijual akan
membentuk harga pokok Persediaan Produk Selesai. Dalam rangka penjualan produk,
harga pokok persediaan produk selesai yang dijual akan membentuk Harga Pokok Penjualan
Sedangkan untuk aliran biaya produksi,
berikut adalah ilustrasinya :
Aliran
Biaya Produksi
Untuk pencatatan akuntansi, pengaruh
aliran biaya tersebut akan dinyatakan dalam pendebetan dan pengkreditan
rekening buku besar. Selain itu, perlu diselenggarakan buku besar pembantu
(subsidiary ledgers) yang berfungsi untuk merinci lebih lanjut rekening buku
besar tertentu sesuai dengan informasi yang diinginkan oleh manajemen.
Rekening
Buku Besar Rekening
Buku Besar Pembantu
1.Persediaan bahan Baku - Kartu
Persediaan Bahan Baku yang
diselenggarakan perpetual :
Persediaan soda
Persediaan pasir
Persediaan kaolin, dan sebagainya
2.Biaya Overhead Pabrik - Kartu Biaya
Overhead Pabrik (expense ledger
of factory overhead)
Biaya Bahan Penolong
Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
Biaya
Penyusutan Mesin
Biaya Reparasi, dan sebagainya
3.Biaya Pemasaran - Kartu Biaya Pemasaran
Gaji dan Konsumsi
Biaya Advertensi
Suplies Penjualan dan sebagainya
4.Biaya Administrasi Umum - Kartu Biaya
Administrasi Umum
Gaji Direktur, Staf dan Karyawan
Perjalanan Dinas
Suplies Administrasi dan Umum, dsb
5.Barang Dalam Proses - Kartu Harga
Pokok Pesanan
Botol Sprite
Botol Fanta, dsb
6.Persediaan Produk Selesai - Kartu harga pokok
pesanan yang sudah selesai
dipindahkan fungsinya sebagai kartu pembantu
persediaan produk selesai
.7Harga Pokok Penjualan - Kartu Harga
Pokok Pesanan yang selesai dan
sudah diserahkan kepada pemesan,
dipindahkan fungsinya sebagai kartu pembantu
2.3
Kartu Harga Pokok Pesanan (Job order cost sheet)
Kartu harga pokok merupakan catatan yang
penting dalam metode harga pokok pesanan. Kartu harga pokok ini berfungsi
sebagai rekening pembantu, yang digunakan untuk mengumpulkan biaya produksi
tiap pesanan produk. Biaya produksi untuk mengerjakan pesanan tertentu dicatat
secara rinci dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan. Biaya produksi dipisahkan
menjadi biaya produksi langsung terhadap pesanan tertentu dan biaya produksi
tidak langsung dalam hubungannya dengan pesanan tersebut. Biaya produksi langsung
dicatat dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan secara langsung,
sedangkan biaya produksi tidak langsung dicatat dalam kartu harga pokok
berdasarkan suatu tarif tertentu. Berikut ini adalah bentuk dari kartu biaya
pesanan atau kartu harga pokok pesanan :
PT ABC
Surabaya
KARTU BIAYA PESANAN
No Pesanan : 110 Pemesan :
Jenis
Produk : Sifat Pesanan :
Tgl
Pesan : Jumlah :
Tgl Selesai : Harga
Jual :
Biaya Bahan Baku
|
Biaya Tenaga Kerja
|
Biaya Overhead Pabrik
|
||||||||
Tgl
|
No BPBG
|
Ket
|
Jml
|
Tgl
|
No Kartu Jam Kerja
|
Jml
|
Tgl
|
Dasar
|
Tarif
|
Jml
|
|
|
Kertas X
Tinta B
Jumlah
|
|
|
Jumlah
|
|
|
BTKL*
Jumlah
|
|
|
|
|
|
|
Jumlah total biaya produksi
|
|
|
|
2.4 Perlakuan akuntansi biaya
pada metode harga pokok pesanan
Prosedur akuntansi biaya pada metode
harga pokok pesanan meliputi organisasi formulir, catatan-catatan dan
laporan-laporan yang terkoordinasi dalam rangka melaksanakan kegiatan
untuk melayani pesanan dan menyajikan
informasi biaya bagi manajemen. Dalam hal ini prosedur akuntansi biaya dapat
dikelompokkkan sebagai berikut.
1. Prosedur akuntansi biaya bahan
dan suplies
Prosedur akuntansi biaya bahan dan
suplies meliputi prosesdur pembelian sampai dengan pemakaian bahan dan suplies
di dalam pabrik. Agar supaya jumlah persediaan bahan dapat
diketahui setiap saat, umumnya
perusahaan menggunakan metode persediaan perpetual (perpetual inventory
method). Taapan-tahapan prosedur akuntansinya adalah sebagai berikut.
a.
Pembelian bahan dan Suplies
Pembelian
bahan dan suplies dimulai dari pembuatan pesanan pembelian (purchases order)
oleh bagian pembelian dan mengirimkannya kepada supplier. Apabila bahan dan
suplies yang dipesan dating, oleh Seksi Gudang Bahan dibuatkan dokumen berupa
bukti penerimaan barang setelah diperiksa kecocokan jumlah dan kualitas barang
yang dibeli. Faktur pembelian dari supplier bersama pesanan pembelian dan bukti
penerimaan barang diberikan pada Departemen Akuntansi untuk dibuat jurnal dan
memasukkan ke dalam rekening buku besar pembantu yaitu Kartu
Persediaan.
Jurnal pembelian bahan
dan suplies secara kredit sebagai berikut :
Persediaan
Bahan Baku Rp xx
Persediaan
Bahan Penolong xx
Persediaan
Suplies xx
Hutang Dagang Rp
xx
Apabila pembelian bahan
dan suplies secara tunai rekening buku besar yang dikredit
adalah kas
b.
Pengembalian (Return) Bahan dan Suplies yang Dibeli kepada Suplier
Apabila
bahan dan suplies yang dibeli tidak sesuai dengan yang dipesan, maka perusahaan
dapat mengembalikan kepada supplier dengan dibuatkan dokumen yang
disebut
nota debet (debet memorandum) atau lapoean pengiriman pengembalian pembelian.
Dari nota debet oleh Departemen Akuntansi dibuatkan jurnal dan dimasukkan ke
dalam rekening buku besar pembantu persediaan sesuai dengan bahan
dan suplies yang
dikembalikan kepada supplier.
Jurnal pengembalian
bahan dan suplies kepada supplier adalah sebagai berikut :
Hutang
Dagang Rp xx
Persediaan Bahan
Baku Rp xx
Persediaan Bahan
Penolong xx
Persediaan
Suplies Pabrik xx
Apabila harga bahan dan
suplies yang dikembalikan sudah dibayar akan didebet kas
atau piutang dagang.
c.
Potongan Pembelian (Tunai) atas Pembelian Bahan dan Suplies
Seringkali
dalam pembelian bahan dan suplies diperoleh potongan pembelian, apabila praktis
potongan tunai mengurangi harga perolehan bahan dan suplies, oleh karena itu
dari Bukti Kas ke Luar akan dibuat jurnal dan dimasukkan ke dalam kartu persediaan.
Jurnalnya adalah
sebagai berikut.
Hutang
Dagang Rp xx
Persediaan Bahan
Baku Rp xx
Persediaan Bahan
Penolong xx
Persediaan
Suplies Pabrik xx
Kas xx
d.
Pemakaian Bahan dan Suplies
Berdasarkan
perintah produksi, departemen produksi yang memerlukan mengisi dokumen bon
permintaan bahan kepada seksi gudang bahan untuk meminta bahan8 baku, bahan
penolong, suplies pabrik dan barang lainnya yang diperlukan untuk mengolah
produk yang dipesan pembeli. Bon permintaan bahan untuk meminta bahan baku akan
menunjukkan bagian yang meminta, elemen dan jumlah satuan bahan baku yang
diminta, serta pesanan yang memerlukan bahan baku tersebut. Dokumen ini akan
dikirimkan pada departemen akuntansi dan oleh seksi akuntansi biaya dokumen bon
permintaan bahan tersebut akan diisi harga perolehan satuan dan jumlah totalnya
untuk dasar pembuatan jurnal dan memasukkan ke dalam Kartu Persediaan Bahan
Baku dan Kartu Harga Pokok Pesanan yang bersangkutan.
Jurnal pemakaian bahan
baku adalah sebagai berikut.
Barang
Dalam Proses-Biaya Bahan Baku Rp xx
Persediaan Bahan
Baku Rp
xx
Bon
Permintaan Bahan untuk bahan penolong akan menunjukkan bagian yang meminta,
serta elemen dan jumlah bahan penolong yang diminta. Dokumen ini dikirimkan ke
departemen Akuntansi untuk diisi harga perolehan satuan dan jumlahnya oleh
Seksi Akuntansi Biaya untuk dasar pembuatan jurnal dan memasukkan ke dalam Kartu
Persediaan Bahan Penolong dan Kartu Biaya Overhead Pabrik. Dalam metode harga
pokok pesanan, biaya overhead pabrik dibebankan pada
pesanan atas dasar
tariff yang ditentukan di muka, oleh karena itu perusahaan akan
menyelenggarakan
rekening buku besar Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya untuk
menampung
biaya yang sesungguhnya dan rekening Biaya Overhead Pabrik Dibebankan untuk
menampung biaya yang dibebankan kepada pesanan.
Jurnal pemakaian bahan
penolong sebagai berikut.
Biaya
Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xx
Persediaan Bahan
Penolong Rp xx
Prosedur pemakaian
suplies pabrik sama dengan prosedur pemakaian bahan penolong,
setelah dokumen
tersebut dilengkapi oleh Seksi Akuntansi Biaya data harga perolehan
satuan
dan total, akan dibuat jurnal dan dimasukkan ke dalam Kartu Persediaan Suplies Pabrik
dan Kartu Biaya Overhead Pabrik.9
Jurnal pemakaian
suplies pabrik sebagai berikut.
Biaya
Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xx
Persediaan
Suplies Pabrik Rp
xx
e.
Pengembalian Bahan Vaku dari Pabrik ke Gudang bahan
Dapat
pula timbul pengembalian bahan baku dari parik ke udang bahan. Misalnya,
terjadi kelebihan bahan baku yang diminta dengan bahan baku yang dipakai sesungguhnya
oleh pesanan tertentu, agar bahan baku tidak rusak di pabrik maka bahan baku
tersebut dibuatkan dokumen yang disebut Laporan Pengembalian Bahan oleh Departemen
Produksi dikirimkan ke Seksi Gudang Bahan dan tembusannya di
Departemen Akuntansi
untuk membuat jurnal dan memasukkan ke Kartu Persediaan
Bahan Baku dan Kartu
Harga Pokok Pesanan yang bersangkutan.
Jurnal yang dibuat
sebagai berikut.
Persediaan
Bahan Baku Rp xx
Barang Dalam
Proses – Biaya Bahan Baku Rp
xx
2. Prosedur akuntansi biaya tenaga
kerja
Prosedur akuntansi biaya tenaga kerja
meliputi prosedur terjadinya gaji dan upah,pembayaran gaji dan upah, dan
distribusi gaji dan upah untuk semua karyawan perusahaan baik produksi maupun
non produksi, baik karyawan yang gajinya tetap per bulan maupun yang ditentukan
oleh jam kerjanya.
Tahap-tahap
transaksi biaya tenaga kerja sebagai berikut:
a.
Penentuan Besarnya Gaji dan Upah
Cara penentuan besarnya
gaji dan upah karyawan dapat dikelompokkan menjadi dua
yaitu :
(1)
Gaji dan Upah karyawan besarnya tergantung pada lamanya waktu kerja (jam
kerja)
atas jumlah produk yang dihasilkan.
Apabila
karyawan di bayar atas dasar lamanya waktu kerja, umumnya system ini hanya
untuk tenaga kerja langsung, untuk menentukan besarnya upah diperlukan dokumen
Daftar Hadir (Kartu Presensi atau Time Clock Card) yang menunjukkan data jumlah
jam kerja karyawan setiap hari dalam jangka waktu pembayaran upah. Untuk
mengetahui penggunaan waktu kerja karyawan di pabrik dalam mengerjakan pesanan
atau jumlah produk yang dihasilkan digunakan kartu jam kerja karyawan (Job Time
Ticket atau Labor Time Ticket). Manfaat kartu ini yaitu untuk memasukkan biaya
tenaga kerja langsung pada setiap kartu harga pokok pesanan. Untuk pengawasan tenaga
kerja, jumlah jam dalam daftar hadir relative harus sama dengan jumlah jam pada
kartu jam kerja karyawan. Dari daftar hadir akan disusun daftar upah karyawan
yang menunjukkan data jumlah gaji dan upah kotor, potongan atas gaji dan upah
misalnya pajak pendapatan dan dana pension serta gaji dan upah bersih yang akan
dibayarkan kepada karyawan.
(2)
Gaji dan Upah karyawan tetap per bulan
Untuk
karyawan tetap per bulan fungsi daftar hadir untuk mengetahui kedisiplinan karyawan
apakah sering dating terlambat dan pulang lebih cepat atau dating dan pulang
pada waktu yang tepat. Umumnya system ini dipakai untuk pimpinan, staf,
karyawan perusahaan yang tidak termasuk tenaga kerja langsung dalam produksi.
Setiap
menjelan akhir bulan akan disusun daftar gaji an karyawan yang menunjukkan data
jumlah gaji kotor yaitu gaji pokok ditambah tunjangan-tunjangan,
potongan-potongan atas gaji, serta gaji bersih yang akan dibayarkan kepada
karyawan.
Jurnal
untuk mencatat terjadinya gaji dan upah, baik untuk karyawan tetap maupun
karyawan berdasar lamanya waktu kerja, adalah sebagai berikut :
Biaya
Gaji dan upah Rp
xx
Hutang Pajak
Pendapatan Rp
xx
Hutang Dana
Pensiun Rp
xx
Hutang Asuransi
Tenaga Kerja (Astek) Rp
xx
Hutang Asuransi
Hari Tua (AsHT) Rp
xx
Piutang Karyawan
Rp
xx
Hutang Gaji dan
Upah Rp
xx
Keterangan :
Perusahaan
bertindak sebagai wajib pungut atau wajib potong atas pajak pendapatan, dana
pensiun hari tua, asuransi tenaga kerja yang nantinya akan disetorkan kepada
badan-badan yang berhak.
b.
Pembayaran atas Gaji dan Upah
Menjelang
tanggal penyerahan gaji dan upah, Kasir membayarkan gaji dan upah kepada Juru
Bayar Gaji dengan menggunakan dokumen Buku Kas ke luar saat gaji dibayarkan,
Juru Bayar Gaji meminta karyawan untuk menghitung keseuaian gaji dan
upahnya serta
menandatangani Daftra Gaji dan Upah. Jurnal Pembayaran gaji dan
upah sebagai berikut.
Hutang
Gaji dan Upah Rp xx
K a s Rp xx
c.
Distribusi Biaya Gaji dan Upah
Melalui
dokumen Perintah Jurnal biaya gaji dan upah didistribusikan sesuai dengan
fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum. Biaya gaji
dan upah untuk produksi dikumpulkan ke dalam biaya tenaga kerja langsung dan biaya
tenaga kerja tidak langsung yang merupakan elemen biaya overhead pabrik sesungguhnya.
Biaya tenaga kerja langsung akan dimasukkan ke dalam rekening Barang Dalam
Proses- Biaya Tenaga Kerja Langsung dan Kartu Harga Pokok
Pesanan, sedangkan elemen
gaji dan upah lainnya ke Kartu Biaya yang bersangkutan.
Jurnal distribusi gaji
dan upah sebagai berikut:
Barang
Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Langsung
Rp xx
Biaya
Overhead Pabrik Sesungguhnya
Rp xx
Biaya
Pemasaran Rp
xx
Biaya
Administrasi dan Umum Rp
xx
Biaya Gaji dan
Upah Rp
xx
d.
Beban atas Gaji dan Upah yang Ditanggung Perusahaan
Pada
perusahaan tertentu seringkali perusahaan ikut menanggung sebagian beban atas
gaji dan upah yang berupa pajak pendapatan, dana pension, asuransi hari tua,
atau asuransi tenaga kerja karyawan. Beban yang ditanggung perusahaan merupakan
elemen biaya, beban yang berhubungan dengan karyawan pabrik diperlakukan sebagai
elemen biaya overhead pabrik sesungguhnya karena sifat biaya ini tidak dapat
diidentifikasikan
pada produk tertentu, beban yang berhubungan dengan karyawan pemasaran masuk
elemen biaya pemasaran, beban yang berhubungan dengan karyawan administrasi dan umum masuk elemen
biaya administrasi dan umum.
Besarnya biaya beban
atas gaji dan upah, dibuatkan dokumen Daftar Sumbangan
Gaji dan Upah, atas
dasar tersebut dibuat jurnal dan dimasukkan Kartu Biaya.
Jurnal transaksi
tersebut dalah sebagai berikut:
Biaya
Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp
xx
Biaya
Pemasaran Rp
xx
Biaya
Administrasi dan Umum
Rp xx
Hutang Pajak
Pendapatan Rp
xx
Hutang Dana
Pensiun Rp
xx
Hutang Asuransi
Tenaga Kerja Rp
xx
Hutang Asuransi
Hari Tua Rp
xx
e. Penyetoran Potongan dan beban
atas Gaji dan upah kepada badan-badan yang berhak
Dokumen Bukti Kas
Keluar digunakan untuk menyetorkan potongan dan beban
atas gaji dan upah pada
badan-badan yang berhak. Jurnal untuk mencatat transaksi
tersebut adalah sebagai
berikut:
Hutang
Pajak Pendapatan Rp xx
Hutang
Dana Pensiun Rp xx
Hutang
Asuransi Tenaga Kerja Rp xx
Hutang
Asuransi Hari Tua Rp xx
K a s Rp
xx
3. Prosedur akuntansi biaya
overhead pabrik
Biaya overhead pabrik merupakan biaya
yang paling kompleks, untuk ketelitian dan
keadilan pembebanan harus digunakan
tariff biaya overhead pabrik yang ditentukan di
muka. Alasan pemakaian tarif pembebanan
adalah sebagai berikut:
1.
Adanya biaya overhead yang timbul setelah aktivitas berlalu. Misalnya, reparasi
aktiva tetap disebabkan pemakaian masa lalu, maka apabila pembebanan pada
pesanan dilakukan saat terjadinya biaya, berakibat menjadi tidak teliti dan
adil.
2. Adanya biaya yang
dapat dihitung pada akhir periode. Misalnya, penyusutan, biaya
listrik PLN. Biaya ini
apabila dibebankan pada pesanan saat dapat dihitung berakibat
menjadi tidak teliti
dan adil.16
3.
Adanya biaya yang terjadi hanya pada interval waktu tertentu. Misalnya pada setahun
dibayar sekali atau dicicil dua kali. Biaya ini apabila dibebankan pada pesanan
saat terjadinya, berakibat menjadi tidak teliti atau adil karena maanfaat Ipeda
dinikmati selama satu tahun.
Dua uraian tersebut jelas bahwa biaya
overhead yang sesungguhnya baru dapat dihitung pada akhir periode, padahal
harga pokok pesanan harus dihitung saat pesanan selesai tanpa menunggu akhir
periode. Jadi, untuk membebankan biaya overhead pabrik kepada pesanan harus
digunakan tarif yang ditentukan di muka. Rumus perhitungan tarif biaya overhead
pabrik adalah sebagai berikut:
T= B
K
di mana :
T
= Tarif biaya overhead pabrik
B
= Budget biaya overhead pabrik
periode tertentu
K
= Budget kapasitas pembebanan
untuk periode bersangkutan
Apabila tarif biaya overhead pabrik
sudah ditentukan, prosedur akuntansi biaya
overhead pabrik selanjutnya sebagai
berikut.
a.
Prosedur Pembebanan Biaya Overhead Pabrik pada Pesanan
Suatu
pesanan akan dibebani biaya overhead pabrik sesuai dengan kepastian
sesungguhnya yang dinikmati oleh pesanan yang bersangkutan dikalikan dengan
tarif
biaya overhead pabrik
yang ditentukan di muka. Atas dasar dokumen Perintah Jurnal
dibuatkan jurnal
pembebanan dan dimasukkan ke dalam Kartu Harga Pokok Pesanan.
Jurnal pembebanan
sebagai berikut.
Barang
Dalam Proses – Baiya Overhead Pabrik Rp xx
Biaya Overhead
Pabrik Dibebankan
Rp xx
b.
Prosedur Akuntansi Pengumpulan Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya
Biaya
overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dalam periode yang bersangkutan akan
ditampung dalam rekening Biaya Overhead Pabrik sesungguhnya dan dimasukkan ke
dalam Kartu Pembantu Biaya Overhead Pabrik. Jurnal setiap elemen biaya overhead
pabrik .
(1) Biaya Bahan Penolong
Biaya
Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xx
Persediaan Bahan
Penolong Rp xx
(2) Biaya Tenaga Kerja
Tidak Langsung
Biaya
Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xx
Biaya Gaji dan
Upah
Rp xx
Beban
atas gaji dan upah yang ditanggung perusahaan dengan dokumen daftar sumbangan
Gaji dan Upah dijurnal.
Biaya
Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xx
Hutang P.Pd Rp xx
Hutang D.Pn Rp xx
Hutang Astek Rp xx
Hutang AsHT Rp Rp xx
(3) Biaya Penyusutan
dan Amortisasi Aktiva Tetap Pabrik
Pada
akhir periode dibuat dokumen Perintah Jurnal untuk mencapai biaya penyusutan
dan amortisasi aktiva tetap pabrik, dan dibuat jurnal sebagai berikut:
Biaya
Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp
xx
Akumulasi
Penyusutan Mesin Rp xx
Akumulasi
Penyusutan Bangunan Rp xx
Akumulasi
Penyusutan Peralatan Rp xx
Amortisasi Hak
Paten Rp
xx
(4) Biaya Reparasi dan Pemeliharaan Aktiva
Tetap Pabrik
Biaya
reparasi dan pemeliharaan dapat timbul dari reparasi dan pemeliharaan yang dilakukan
sendiri oleh karyawan perusahaan. Dalam hal ini biaya yang timbul adalah biaya
pemakaian suplies dan suku cadang, biaya tenaga kerja tidak langsung dan
penyusutan peralatan reparasi dan pemeliharaan. Untuk biaya suplies, tenaga
kerja tidak langsung dan penyusutan peralatan jurnalnya telah dibuat pada pembahasan di muka, jurnal untuk
pemakaian suku cadang sebagai berikut.
Saat dibeli :
Persediaan
Suku Cadang Rp xx
Hutang Dagang
atau Kas Rp xx
Saat dipakai :
Biaya
Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xx
Persediaan Suku
Cadang Rp xx
Biaya
reparasi dapat pula timbul dari pembelian jasa reparasi dan pemeliharaan kepada
pihak luar, dari dokumen Bukti Kas Keluar untuk yang sudah dibayar atau dokumen
Faktur Pembelian Jasa dan Perintah Jurnal yang belum dibayar dibuat jurnal Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xx
Kas Rp
xx
Hutang Biaya Rp xx
(5) Biaya Listrik dan
Air untuk pabrik
Listrik
PLN dan air PAM yang dikonsumsi perusahaan dan sudah dibayar digunakan dokumen.
Bukti Kas Keluar, yang belum dibayar dibuat dokumen perintah jurnal akan dibuat
jurnal sebagai berikut.
Biaya
Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xx
Kas Rp
xx
Hutang Biaya Rp xx
(6)
Biaya Asuransi Pabrik
Biaya
ini umumnya timbul dari berakhirnya (expired) sebagian persekot asuransi,pada
saat persekot asuransi dibayar digunakan dokumen Bukti Kas Keluar, pada saat
diperhitungkan biaya digunakan dokumen Perintah Jurnal. Jurnal dari persekot asuransi
dan biaya asuransi sebagai berikut:
Terjadinya
pembayaran persekot asuransi :
Persekot
Asuransi Rp xx
Kas Rp xx
Persekot
asuransi menjadi biaya :
Biaya
Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xx
Persekot
Asuransi Rp
xx
(7) Biaya Overhead
lain-lain
Elemen
biaya yang dapat dimasukkan pada golongan pada golongan biaya di atas dimasukkan
di dalam biaya overhead pabrik lain-lain, rekening yang dikredit tergantung
dari penyebab timbulnya biaya tersebut. Misalnya sebagian biaya overhead
lain-lain sudah dibayar dan sebagian masih terhutang dibuat jurnal.
Biaya
Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xx
Kas Rp
xx
Hutang Biaya Rp xx
c. Prosedur Akuntansi Perhitungan
dan Perlakuan selisih Biaya Overhead Pabrik
Pada
akhir periode akuntansi akan dihitung besarnya selisih biaya overhead pabrik
yang sesungguhnya dengan yang dibebankan kepada pesanan, dengan perintah jurnal
akan dibuat jurnal sebagai berikut.
(1) Jurnal menutup
Biaya overhead Pabrik Dibebankan ke Biaya Overhead
Pabrik Sesungguhnya.
Biaya
Overhead Pabrik Dibebankan
Rp xx
Biaya Overhead
Pabrik Sesungguhnya Rp xx
(2)
Jurnal untuk menutup Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya dan menghitung selisih
sebagai berikut.
Apabila
biaya overhead sesungguhnya lebih besar dibanding biaya overhead dibebankan
(selisih tidak menguntungkan atau unfavorable variance atau under applied
factory overhead)
Selisih
Biaya Overhead Pabrik Rp xx
Biaya Overhead
Pabrik Sesungguhnya Rp xx
Apabila
Biaya Overhead yang sesungguhnya lebih kecil dibandingkan Biaya overhead dibebankan
(selisih menguntungan atau favorable variance atau over
applied factory
overhead) :
Biaya
Overhead Sesungguhnya Rp xx
Selisih Biaya
Overhead Pabrik Rp xx
(3)
Salah satu perlakuan selisih yaitu masuk ke rekening Rugi-Laba
Selisih tidak
menguntungkan :
Rugi-Laba
Rp xx
Selisih
Biaya Overhead Pabrik Rp xx
Selisih menguntungkan :
Selisih
Biaya Overhead Pabrik Rp xx
Rugi-Laba
Rp
xx
4. Prosedur akuntansi produk
selesai dan produk dalam proses akhir periode
Pada metode harga pokok pesaan setiap
ada pesanan yang selesai dipindahkan dari Departemen Produksi ke Seksi Gudang
Produk Selesai dan harus dihitung harga pokoknya,jumlah harga pokok yang selesai
dapat dihitung dengan merekam Kartu Harga Pokok Pesanan dan selanjutnya
memindahkan kartu tersebut dari fungsinya sebagai rekening pembantu Barang
Dalam Proses ke fungsi yang baru sebagai pembantu rekening Persediaan Produk
Selesai. Atas dasar dokumen Bukti Pemindahan Produk Selesai dan Perintah Jurnal
sebagai berikut.
Persediaan
Produk Selesai
Rp xx
Barang Dalam
Proses – Biaya Bahan Baku Rp
xx
Barang Dalam
Proses – Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp
xx
Barang Dalam
Proses – Biaya Overhead Pabrik Rp xx
2.5 Menghitung HPP dan Laporan Rugi-Laba untuk
perusahaan berdasarkan pesanan
Menghitung
Harga Pokok Produksi
PT. GHI
Laporan Harga Pokok Produksi
Untuk periode yang berakhir 31 Des 2000
Persediaan
Bahan Baku Langsung Rp
xxxxxx
Pembelian Bahan Baku
Langsung Rp
xxxxxx
BBL
tersedia untuk diproduksi Rp
xxxxx
Persediaan BBL akhir (Rp xxxxx)
BBL
yang digunakan Rp
xxxxxx
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp
xxxxxx
Biaya Overhead Pabrik
di bebankan Rp
xxxxxx
Harga
Pokok Produksi Rp
xxxxx
Menghitung
Laba atau Rugi
PT. GHI
Laporan Laba Rugi
Untuk periode yang berakhir 31 Des 2000
Penjualan Rp
xxxxxx
HPP Rp xxxxx
Selisih BOP (Rp
xxxxx)
Rp
xxxxxx
Rp
xxxxxx
Beban Usaha :
Beban pemasaran Rp
xxxxx
Beban administrasi Rp
xxxxx
dll Rp
xxxxxx
Laba/Rugi sebelum pajak Rp
xxxxxx
BAB 3
AKUNTANSI BIAYA
METODE HARGA POKOK PESANAN
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan
kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan Rahmat dan KaruniaNya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan.
Makalah ini disusun agar
pembaca dapat mengetahui dan memahami materi dalam Metode Harga Pokok Pesanan
di dalam Perusahaan. Adapun tujuan penulis menyajikan makalah ini adalah untuk
memberikan beberapa ilmu pada mata kuliah Akuntansi Biaya dan juga untuk
memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing.
Akhir kata Penulis berharap
semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca, dan
dapat disempurnakan dimasa-masa yang akan datang.
Oktober, 2012
Penulis
i
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Karakteristik Perusahaan dan Metode Harga
Pokok Pesanan.................... 2
2.2 Aliran
Kegiatan dan Aliran biaya Metode Harga Pokok Pesanan............... 4
2.3 Kartu
Harga Pokok Pesanan........................................................................ 7
2.4 Perlakuan
Akuntansi Biaya pada Metode Harga Pokok Pesanan............... 8
2.5 Menghitung HPP dan
Laporan Laba/Rugi berdasarkan Pesanan.............. 20
BAB
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................ 22
DAFTAR
REFERENSI.................................................................................................. iii
ii
REFERENSI
Hendri Somantri,Drs.Akuntansi Biaya SMK,ARMICO:Bandung,1994.
Mulyadi,Akuntansi
Biaya,Edisi 5,Aditya Media:Yogyakarta,1991.
Iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Informasi mengenai harga pokok
produksi sangat penting bagi perusahaan yaitu sebagai pedoman bagi pihak
manajemen dalam rangka menentukan harga jual yang akan ditawarkan kepada
pembeli, agar mampu bersaing di pasar. Pengumpulan biaya produksi dalam suatu
perusahaan dipengaruhi oleh karakteristik kegiatan produksi perusahaan
tersebut. Oleh karena itu perusahaan
harus mampu menganalisa setiap kebijakan yang akan diambilnya. Dan menyesuaikan
metode-metoe yang mereka pilih dengan jurnal-jurnal dan aturan-aturan per
metode tersebut.
1.2
Rumusan
Masalah
1.2.1 Apa itu Metode Harga Pokok Pesanan?
1.2.2 Bagaimana cara membuat jurnal dalam metode harga pokok pesanan?
1.2.3 Bagaimana cara menbuat Kartu Biaya Pesanan
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1
Mengetahui
karakteristik perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan
1.3.2
Melakukan
akumulasi biaya berdasarkan pesanan
1.3.3
Membuat
ayat jurnal akuntansi biaya berdasarkan metode harga pokok pesanan
1.3.4
Membuat
kartu biaya pesanan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Karakteristik perusahaan dan metode harga pokok pesanan
Metode harga pokok pesanan adalah perusahaan
yang produksinya berdasarkan pesanan mengolah bahan baku menjadi produk jadi
berdasarkan pesanan dari luar atau dari dalam perusahaan. Karakteristik usaha perusahaan tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Proses pengolahan produk terjadi secara terputus-putus. Jika pesanan yang satu
selesai dikerjakan, proses produksi dihentikan dan mulai dengan pesanan
berikutnya.
2.
Produk dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan oleh pemesan.
Dengan demikian antara pemesan yang satu dengan yang lainnya mempunyai variasi
yang berbeda-beda.
3.
Produksi ditujukan untuk memenuhi pesanan, bukan untuk memenuhi persediaan
gudang.
Pada perusahaan yang menggunakan metode
harga pokok peasanan memiliki karakteristik
sebagai berikut.
1.
Tujuan produksi perusahaan untuk melayani pesanan pembeli yang bentuknya
tergantung pada spesifikasi pemesan, sehingga produksinya terputus-putus dan
setiap pesanan dapat dipisahkan identitasnya secara jelas.
2.
Setiap pesanan memiliki spesifikasi tersendiri dan setiap jenis produk perlu
dihitung harga pokok produksinya secara individual.
3.
Biaya produksi harus digolongkan berdasarkan hubungannya dengan produk menjadi biaya
produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung.
4.
Biaya produksi langsung diperhitungkan sebgai harga pokok produksi pesanan
tertentu berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi, sedangkan biaya overhead
pabrik diperhitungkan ke dalam harga pokok pesanan berdasarkan tariff yang
ditentukan di muka
5. Jumlah total harga
pokok untuk pesanan tertentu dihitung pada saat pesanan yang
bersangkutan selesai,
dengan menjumlahkan semua biaya yang dibebankan kepada
pesanan yang
bersangkutan.
6.
Harga pokok satuan untuk pesanan tertentu dihitung dengan membagi jumlah total
harga pokok pesanan yang bersangkutan dengan jumlah satuan produk pesanan yang
bersangkutan.
7.
Pesanan yang sudah selesai dimasukkan ke gudang produk selesai dan biasanya
segera akan diserahkan (dijual) kepada pemesan sesuai dengan saat/tanggal
pesanan harus diserahkan.
Manfaat perusahaan yang produksinya
berdasarkan pesanan, informasi harga pokok produksi
per pesanan bermanfaat bagi manajemen
untuk :
1.
Menentukan
harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan
Perusahaan yang produksinya berdasarkan
pesanan memproses produknya berdasarkan spesifikasi yang ditentukan oleh
pemesan. Dengan demikian biaya produksi pesanan yang satu akan berbeda dengan
biaya produksi pesanan yang lain, tergantung pada spesifikasi yang dikehendaki
oleh pemesan. Oleh karena itu harga jual yang dibebankan kepada pemesan sangat
ditentukan oleh besarnya produksi yang akan dikeluarkan untuk memproduksi
pesanan tertentu.
2. Mempertimbangkan penerimaan atau
penolakan pesanan
Ada kalanya harga jual produk yang dipesan oleh
pemesan telah terbentuk di pasar, sehingga keputusan yang perlu dilakukan oleh
manajemen adalah menerima atau menolak pesanan. Untuk memungkinkan pengambilan
keputusan tersebut, manajemen memerlukan informasi total harga pokok pesanan
yang akan diterima tersebut. Informasi total harga pokok pesanan memberikan
perlindungan bagi manajemen agar dalam menerima pesanan perusahaan tidak
mengalami kerugian.
3.
Memantau
realisasi biaya produksi
Jika suatu pesanan telah diputuskan untuk diterima,
manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan di
dalam memenuhi pesanan tertentu. Oleh karena itu, akuntansi biaya digunakan
untuk mengumpulkan informasi biaya produksi tiap pesanan yang diterima untuk
memantau apakah proses produksi untuk memenuhi tertentu menghasilkan total
biaya produksi pesanan sesuai dengan yang diperhitungkan sebelumnya
4.
Menghitung
laba atau rugi tiap pesanan
Untuk mengetahui apakah suatu pesanan menghasilkan
laba atau tidak, manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang telah
dikeluarkan untuk memproduksi pesanan tertentu. Informasi laba atau rugi tiap
pesanan diperlukan untuk mengetahui kontribusi tiap pesanan dalam menutup biaya
non produksi dan menghasilkan laba atau rugi. Oleh karena itu, metode harga
pokok pesanan oleh manajemen untuk mengumpulkan informasi biaya produksi
sesungguhnya keluarkan untuk tiap pesanan guna menghasilkan informasi laba atau rugi tiap pesanan
5.
Menentukan
harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam
neraca
Pada saat perusahaan dituntut untuk membuat
pertanggungjawaban keuangan periodik, manajemen harus menyajikan laporan
keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi. Di dalam neraca manajemen harus
menyajikan harga pokok persediaan barang jadi dan harga pokok yang sampai
dengan tanggal neraca masih dalam proses. Untuk tujuan tersebut, manajemen
perlu menyelenggarakan pencatatan biaya produksi untuk setiap pesanan.
Berdasarkan catatan biaya produksi tiap pesanan tersebut manajemen dapat
menentukan biaya produksi yang melekat pada pesanan yang telah selesai
diproduksi, namun pada tanggal neraca belum diserahkan kepada pemesan. Di
samping itu, berdasarkan catatan itu pula manajemen dapat menentukan harga
pokok dari produk yang sampai dengan tanggal penyajian neraca masih dalam
proses pengerjaan
2.2
Aliran Kegiatan dan Aliran Biaya Metode
Harga Pokok Pesanan
Aliran
harga pokok (flow of cost) menunjukkan aliran biaya produksi
dalam rangka kegiatan
pengolahan bahan baku menjadi produk
selesai yang selanjutnya dijual dan oleh karena itu harga pokok produk akan
dipengaruhi atau tergantung pada aliran kegiatan (flow of activity)
perusahaan manufaktur dalam mengolah
bahan baku menjadi produk selesai dan menjualnya. Berikut beberapa kegiatan
dalam aliran kegiatan produksi :
1. Pengadaan
(Procurement)
Pengadaan adalah
kegiatan untuk memperoleh atau mengadakan barang dan jasa yang
akan dikonsumsi dalam
kegiatan produksi, dapat dikelompokkan ke dalam :
a) Pembelian,
penerimaan, dan penyimpanan bahan baku, bahan penolong, suplies
pabrik dan elemen
(barang) lainnya yang akan dikonsumsi dalam kegiatan produksi.
b) Perolehan jasa dari
tenaga kerja langsung, tenaga kerja tidak langsung dan jasa
lainnya yang tidak
dikonsumsi dalam kegiaan produksi.
2. Produksi
(Production)
Produksi
adalah kegiatan mengolah bahan baku menjadi produk selesai. Pada kegiatan tersebut
akan dikonsumsi bahan baku, tenaga kerja langsung, barang dan jasa lainnya yang
dikelompokkan dalam overhead pabrik.
3. Penyimpanan Produk
Selesai (Warehousing of finish goods)
Produk yang telah
selesai diproduksi dari pabrik akan dipindahkan ke dalam gudang
produk selesai menunggu
saat dijual atau diserahkan kepada pemesan.
4. Penjualan Produk
Selesai (Selling of finish products)
Produk
yang sudah laku dijual akan dikeluarkan dari gudang produk selesai untuk dikirim
kepada pembeli, dan perusahaan dapat membebani rekening langganan atau pembeli.
Dalam rangka pengadaan bahan baku akan
membentuk harga perolehan persediaan bahan baku, pengadaan jasa karyawan
menimbulkan biaya gaji dan upah, konsumsi bahan penolong dan barang lain serta
jasa yang dikelompokkan dalam overhead pabrik menimbulkan biaya overhead
pabrik.
Dalam rangka pengolahan produk, bahan
baku yang dikonsumsi membentuk Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku, tenaga
kerja yang dikonsumsi membentuk Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja
Langsung, biaya overhead yang dikonsumsi membentuk Barang dalam proses-Biaya
overhead pabrik. Dalam rangka penyimpanan produk selesai sebelum dijual akan
membentuk harga pokok Persediaan Produk Selesai. Dalam rangka penjualan produk,
harga pokok persediaan produk selesai yang dijual akan membentuk Harga Pokok Penjualan
Sedangkan untuk aliran biaya produksi,
berikut adalah ilustrasinya :
Aliran
Biaya Produksi
Untuk pencatatan akuntansi, pengaruh
aliran biaya tersebut akan dinyatakan dalam pendebetan dan pengkreditan
rekening buku besar. Selain itu, perlu diselenggarakan buku besar pembantu
(subsidiary ledgers) yang berfungsi untuk merinci lebih lanjut rekening buku
besar tertentu sesuai dengan informasi yang diinginkan oleh manajemen.
Rekening
Buku Besar Rekening
Buku Besar Pembantu
1.Persediaan bahan Baku - Kartu
Persediaan Bahan Baku yang
diselenggarakan perpetual :
Persediaan soda
Persediaan pasir
Persediaan kaolin, dan sebagainya
2.Biaya Overhead Pabrik - Kartu Biaya
Overhead Pabrik (expense ledger
of factory overhead)
Biaya Bahan Penolong
Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
Biaya
Penyusutan Mesin
Biaya Reparasi, dan sebagainya
3.Biaya Pemasaran - Kartu Biaya Pemasaran
Gaji dan Konsumsi
Biaya Advertensi
Suplies Penjualan dan sebagainya
4.Biaya Administrasi Umum - Kartu Biaya
Administrasi Umum
Gaji Direktur, Staf dan Karyawan
Perjalanan Dinas
Suplies Administrasi dan Umum, dsb
5.Barang Dalam Proses - Kartu Harga
Pokok Pesanan
Botol Sprite
Botol Fanta, dsb
6.Persediaan Produk Selesai - Kartu harga pokok
pesanan yang sudah selesai
dipindahkan fungsinya sebagai kartu pembantu
persediaan produk selesai
.7Harga Pokok Penjualan - Kartu Harga
Pokok Pesanan yang selesai dan
sudah diserahkan kepada pemesan,
dipindahkan fungsinya sebagai kartu pembantu
2.3
Kartu Harga Pokok Pesanan (Job order cost sheet)
Kartu harga pokok merupakan catatan yang
penting dalam metode harga pokok pesanan. Kartu harga pokok ini berfungsi
sebagai rekening pembantu, yang digunakan untuk mengumpulkan biaya produksi
tiap pesanan produk. Biaya produksi untuk mengerjakan pesanan tertentu dicatat
secara rinci dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan. Biaya produksi dipisahkan
menjadi biaya produksi langsung terhadap pesanan tertentu dan biaya produksi
tidak langsung dalam hubungannya dengan pesanan tersebut. Biaya produksi langsung
dicatat dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan secara langsung,
sedangkan biaya produksi tidak langsung dicatat dalam kartu harga pokok
berdasarkan suatu tarif tertentu. Berikut ini adalah bentuk dari kartu biaya
pesanan atau kartu harga pokok pesanan :
PT ABC
Surabaya
KARTU BIAYA PESANAN
No Pesanan : 110 Pemesan :
Jenis
Produk : Sifat Pesanan :
Tgl
Pesan : Jumlah :
Tgl Selesai : Harga
Jual :
Biaya Bahan Baku
|
Biaya Tenaga Kerja
|
Biaya Overhead Pabrik
|
||||||||
Tgl
|
No BPBG
|
Ket
|
Jml
|
Tgl
|
No Kartu Jam Kerja
|
Jml
|
Tgl
|
Dasar
|
Tarif
|
Jml
|
|
|
Kertas X
Tinta B
Jumlah
|
|
|
Jumlah
|
|
|
BTKL*
Jumlah
|
|
|
|
|
|
|
Jumlah total biaya produksi
|
|
|
|
2.4 Perlakuan akuntansi biaya
pada metode harga pokok pesanan
Prosedur akuntansi biaya pada metode
harga pokok pesanan meliputi organisasi formulir, catatan-catatan dan
laporan-laporan yang terkoordinasi dalam rangka melaksanakan kegiatan
untuk melayani pesanan dan menyajikan
informasi biaya bagi manajemen. Dalam hal ini prosedur akuntansi biaya dapat
dikelompokkkan sebagai berikut.
1. Prosedur akuntansi biaya bahan
dan suplies
Prosedur akuntansi biaya bahan dan
suplies meliputi prosesdur pembelian sampai dengan pemakaian bahan dan suplies
di dalam pabrik. Agar supaya jumlah persediaan bahan dapat
diketahui setiap saat, umumnya
perusahaan menggunakan metode persediaan perpetual (perpetual inventory
method). Taapan-tahapan prosedur akuntansinya adalah sebagai berikut.
a.
Pembelian bahan dan Suplies
Pembelian
bahan dan suplies dimulai dari pembuatan pesanan pembelian (purchases order)
oleh bagian pembelian dan mengirimkannya kepada supplier. Apabila bahan dan
suplies yang dipesan dating, oleh Seksi Gudang Bahan dibuatkan dokumen berupa
bukti penerimaan barang setelah diperiksa kecocokan jumlah dan kualitas barang
yang dibeli. Faktur pembelian dari supplier bersama pesanan pembelian dan bukti
penerimaan barang diberikan pada Departemen Akuntansi untuk dibuat jurnal dan
memasukkan ke dalam rekening buku besar pembantu yaitu Kartu
Persediaan.
Jurnal pembelian bahan
dan suplies secara kredit sebagai berikut :
Persediaan
Bahan Baku Rp xx
Persediaan
Bahan Penolong xx
Persediaan
Suplies xx
Hutang Dagang Rp
xx
Apabila pembelian bahan
dan suplies secara tunai rekening buku besar yang dikredit
adalah kas
b.
Pengembalian (Return) Bahan dan Suplies yang Dibeli kepada Suplier
Apabila
bahan dan suplies yang dibeli tidak sesuai dengan yang dipesan, maka perusahaan
dapat mengembalikan kepada supplier dengan dibuatkan dokumen yang
disebut
nota debet (debet memorandum) atau lapoean pengiriman pengembalian pembelian.
Dari nota debet oleh Departemen Akuntansi dibuatkan jurnal dan dimasukkan ke
dalam rekening buku besar pembantu persediaan sesuai dengan bahan
dan suplies yang
dikembalikan kepada supplier.
Jurnal pengembalian
bahan dan suplies kepada supplier adalah sebagai berikut :
Hutang
Dagang Rp xx
Persediaan Bahan
Baku Rp xx
Persediaan Bahan
Penolong xx
Persediaan
Suplies Pabrik xx
Apabila harga bahan dan
suplies yang dikembalikan sudah dibayar akan didebet kas
atau piutang dagang.
c.
Potongan Pembelian (Tunai) atas Pembelian Bahan dan Suplies
Seringkali
dalam pembelian bahan dan suplies diperoleh potongan pembelian, apabila praktis
potongan tunai mengurangi harga perolehan bahan dan suplies, oleh karena itu
dari Bukti Kas ke Luar akan dibuat jurnal dan dimasukkan ke dalam kartu persediaan.
Jurnalnya adalah
sebagai berikut.
Hutang
Dagang Rp xx
Persediaan Bahan
Baku Rp xx
Persediaan Bahan
Penolong xx
Persediaan
Suplies Pabrik xx
Kas xx
d.
Pemakaian Bahan dan Suplies
Berdasarkan
perintah produksi, departemen produksi yang memerlukan mengisi dokumen bon
permintaan bahan kepada seksi gudang bahan untuk meminta bahan8 baku, bahan
penolong, suplies pabrik dan barang lainnya yang diperlukan untuk mengolah
produk yang dipesan pembeli. Bon permintaan bahan untuk meminta bahan baku akan
menunjukkan bagian yang meminta, elemen dan jumlah satuan bahan baku yang
diminta, serta pesanan yang memerlukan bahan baku tersebut. Dokumen ini akan
dikirimkan pada departemen akuntansi dan oleh seksi akuntansi biaya dokumen bon
permintaan bahan tersebut akan diisi harga perolehan satuan dan jumlah totalnya
untuk dasar pembuatan jurnal dan memasukkan ke dalam Kartu Persediaan Bahan
Baku dan Kartu Harga Pokok Pesanan yang bersangkutan.
Jurnal pemakaian bahan
baku adalah sebagai berikut.
Barang
Dalam Proses-Biaya Bahan Baku Rp xx
Persediaan Bahan
Baku Rp
xx
Bon
Permintaan Bahan untuk bahan penolong akan menunjukkan bagian yang meminta,
serta elemen dan jumlah bahan penolong yang diminta. Dokumen ini dikirimkan ke
departemen Akuntansi untuk diisi harga perolehan satuan dan jumlahnya oleh
Seksi Akuntansi Biaya untuk dasar pembuatan jurnal dan memasukkan ke dalam Kartu
Persediaan Bahan Penolong dan Kartu Biaya Overhead Pabrik. Dalam metode harga
pokok pesanan, biaya overhead pabrik dibebankan pada
pesanan atas dasar
tariff yang ditentukan di muka, oleh karena itu perusahaan akan
menyelenggarakan
rekening buku besar Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya untuk
menampung
biaya yang sesungguhnya dan rekening Biaya Overhead Pabrik Dibebankan untuk
menampung biaya yang dibebankan kepada pesanan.
Jurnal pemakaian bahan
penolong sebagai berikut.
Biaya
Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xx
Persediaan Bahan
Penolong Rp xx
Prosedur pemakaian
suplies pabrik sama dengan prosedur pemakaian bahan penolong,
setelah dokumen
tersebut dilengkapi oleh Seksi Akuntansi Biaya data harga perolehan
satuan
dan total, akan dibuat jurnal dan dimasukkan ke dalam Kartu Persediaan Suplies Pabrik
dan Kartu Biaya Overhead Pabrik.9
Jurnal pemakaian
suplies pabrik sebagai berikut.
Biaya
Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xx
Persediaan
Suplies Pabrik Rp
xx
e.
Pengembalian Bahan Vaku dari Pabrik ke Gudang bahan
Dapat
pula timbul pengembalian bahan baku dari parik ke udang bahan. Misalnya,
terjadi kelebihan bahan baku yang diminta dengan bahan baku yang dipakai sesungguhnya
oleh pesanan tertentu, agar bahan baku tidak rusak di pabrik maka bahan baku
tersebut dibuatkan dokumen yang disebut Laporan Pengembalian Bahan oleh Departemen
Produksi dikirimkan ke Seksi Gudang Bahan dan tembusannya di
Departemen Akuntansi
untuk membuat jurnal dan memasukkan ke Kartu Persediaan
Bahan Baku dan Kartu
Harga Pokok Pesanan yang bersangkutan.
Jurnal yang dibuat
sebagai berikut.
Persediaan
Bahan Baku Rp xx
Barang Dalam
Proses – Biaya Bahan Baku Rp
xx
2. Prosedur akuntansi biaya tenaga
kerja
Prosedur akuntansi biaya tenaga kerja
meliputi prosedur terjadinya gaji dan upah,pembayaran gaji dan upah, dan
distribusi gaji dan upah untuk semua karyawan perusahaan baik produksi maupun
non produksi, baik karyawan yang gajinya tetap per bulan maupun yang ditentukan
oleh jam kerjanya.
Tahap-tahap
transaksi biaya tenaga kerja sebagai berikut:
a.
Penentuan Besarnya Gaji dan Upah
Cara penentuan besarnya
gaji dan upah karyawan dapat dikelompokkan menjadi dua
yaitu :
(1)
Gaji dan Upah karyawan besarnya tergantung pada lamanya waktu kerja (jam
kerja)
atas jumlah produk yang dihasilkan.
Apabila
karyawan di bayar atas dasar lamanya waktu kerja, umumnya system ini hanya
untuk tenaga kerja langsung, untuk menentukan besarnya upah diperlukan dokumen
Daftar Hadir (Kartu Presensi atau Time Clock Card) yang menunjukkan data jumlah
jam kerja karyawan setiap hari dalam jangka waktu pembayaran upah. Untuk
mengetahui penggunaan waktu kerja karyawan di pabrik dalam mengerjakan pesanan
atau jumlah produk yang dihasilkan digunakan kartu jam kerja karyawan (Job Time
Ticket atau Labor Time Ticket). Manfaat kartu ini yaitu untuk memasukkan biaya
tenaga kerja langsung pada setiap kartu harga pokok pesanan. Untuk pengawasan tenaga
kerja, jumlah jam dalam daftar hadir relative harus sama dengan jumlah jam pada
kartu jam kerja karyawan. Dari daftar hadir akan disusun daftar upah karyawan
yang menunjukkan data jumlah gaji dan upah kotor, potongan atas gaji dan upah
misalnya pajak pendapatan dan dana pension serta gaji dan upah bersih yang akan
dibayarkan kepada karyawan.
(2)
Gaji dan Upah karyawan tetap per bulan
Untuk
karyawan tetap per bulan fungsi daftar hadir untuk mengetahui kedisiplinan karyawan
apakah sering dating terlambat dan pulang lebih cepat atau dating dan pulang
pada waktu yang tepat. Umumnya system ini dipakai untuk pimpinan, staf,
karyawan perusahaan yang tidak termasuk tenaga kerja langsung dalam produksi.
Setiap
menjelan akhir bulan akan disusun daftar gaji an karyawan yang menunjukkan data
jumlah gaji kotor yaitu gaji pokok ditambah tunjangan-tunjangan,
potongan-potongan atas gaji, serta gaji bersih yang akan dibayarkan kepada
karyawan.
Jurnal
untuk mencatat terjadinya gaji dan upah, baik untuk karyawan tetap maupun
karyawan berdasar lamanya waktu kerja, adalah sebagai berikut :
Biaya
Gaji dan upah Rp
xx
Hutang Pajak
Pendapatan Rp
xx
Hutang Dana
Pensiun Rp
xx
Hutang Asuransi
Tenaga Kerja (Astek) Rp
xx
Hutang Asuransi
Hari Tua (AsHT) Rp
xx
Piutang Karyawan
Rp
xx
Hutang Gaji dan
Upah Rp
xx
Keterangan :
Perusahaan
bertindak sebagai wajib pungut atau wajib potong atas pajak pendapatan, dana
pensiun hari tua, asuransi tenaga kerja yang nantinya akan disetorkan kepada
badan-badan yang berhak.
b.
Pembayaran atas Gaji dan Upah
Menjelang
tanggal penyerahan gaji dan upah, Kasir membayarkan gaji dan upah kepada Juru
Bayar Gaji dengan menggunakan dokumen Buku Kas ke luar saat gaji dibayarkan,
Juru Bayar Gaji meminta karyawan untuk menghitung keseuaian gaji dan
upahnya serta
menandatangani Daftra Gaji dan Upah. Jurnal Pembayaran gaji dan
upah sebagai berikut.
Hutang
Gaji dan Upah Rp xx
K a s Rp xx
c.
Distribusi Biaya Gaji dan Upah
Melalui
dokumen Perintah Jurnal biaya gaji dan upah didistribusikan sesuai dengan
fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum. Biaya gaji
dan upah untuk produksi dikumpulkan ke dalam biaya tenaga kerja langsung dan biaya
tenaga kerja tidak langsung yang merupakan elemen biaya overhead pabrik sesungguhnya.
Biaya tenaga kerja langsung akan dimasukkan ke dalam rekening Barang Dalam
Proses- Biaya Tenaga Kerja Langsung dan Kartu Harga Pokok
Pesanan, sedangkan elemen
gaji dan upah lainnya ke Kartu Biaya yang bersangkutan.
Jurnal distribusi gaji
dan upah sebagai berikut:
Barang
Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Langsung
Rp xx
Biaya
Overhead Pabrik Sesungguhnya
Rp xx
Biaya
Pemasaran Rp
xx
Biaya
Administrasi dan Umum Rp
xx
Biaya Gaji dan
Upah Rp
xx
d.
Beban atas Gaji dan Upah yang Ditanggung Perusahaan
Pada
perusahaan tertentu seringkali perusahaan ikut menanggung sebagian beban atas
gaji dan upah yang berupa pajak pendapatan, dana pension, asuransi hari tua,
atau asuransi tenaga kerja karyawan. Beban yang ditanggung perusahaan merupakan
elemen biaya, beban yang berhubungan dengan karyawan pabrik diperlakukan sebagai
elemen biaya overhead pabrik sesungguhnya karena sifat biaya ini tidak dapat
diidentifikasikan
pada produk tertentu, beban yang berhubungan dengan karyawan pemasaran masuk
elemen biaya pemasaran, beban yang berhubungan dengan karyawan administrasi dan umum masuk elemen
biaya administrasi dan umum.
Besarnya biaya beban
atas gaji dan upah, dibuatkan dokumen Daftar Sumbangan
Gaji dan Upah, atas
dasar tersebut dibuat jurnal dan dimasukkan Kartu Biaya.
Jurnal transaksi
tersebut dalah sebagai berikut:
Biaya
Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp
xx
Biaya
Pemasaran Rp
xx
Biaya
Administrasi dan Umum
Rp xx
Hutang Pajak
Pendapatan Rp
xx
Hutang Dana
Pensiun Rp
xx
Hutang Asuransi
Tenaga Kerja Rp
xx
Hutang Asuransi
Hari Tua Rp
xx
e. Penyetoran Potongan dan beban
atas Gaji dan upah kepada badan-badan yang berhak
Dokumen Bukti Kas
Keluar digunakan untuk menyetorkan potongan dan beban
atas gaji dan upah pada
badan-badan yang berhak. Jurnal untuk mencatat transaksi
tersebut adalah sebagai
berikut:
Hutang
Pajak Pendapatan Rp xx
Hutang
Dana Pensiun Rp xx
Hutang
Asuransi Tenaga Kerja Rp xx
Hutang
Asuransi Hari Tua Rp xx
K a s Rp
xx
3. Prosedur akuntansi biaya
overhead pabrik
Biaya overhead pabrik merupakan biaya
yang paling kompleks, untuk ketelitian dan
keadilan pembebanan harus digunakan
tariff biaya overhead pabrik yang ditentukan di
muka. Alasan pemakaian tarif pembebanan
adalah sebagai berikut:
1.
Adanya biaya overhead yang timbul setelah aktivitas berlalu. Misalnya, reparasi
aktiva tetap disebabkan pemakaian masa lalu, maka apabila pembebanan pada
pesanan dilakukan saat terjadinya biaya, berakibat menjadi tidak teliti dan
adil.
2. Adanya biaya yang
dapat dihitung pada akhir periode. Misalnya, penyusutan, biaya
listrik PLN. Biaya ini
apabila dibebankan pada pesanan saat dapat dihitung berakibat
menjadi tidak teliti
dan adil.16
3.
Adanya biaya yang terjadi hanya pada interval waktu tertentu. Misalnya pada setahun
dibayar sekali atau dicicil dua kali. Biaya ini apabila dibebankan pada pesanan
saat terjadinya, berakibat menjadi tidak teliti atau adil karena maanfaat Ipeda
dinikmati selama satu tahun.
Dua uraian tersebut jelas bahwa biaya
overhead yang sesungguhnya baru dapat dihitung pada akhir periode, padahal
harga pokok pesanan harus dihitung saat pesanan selesai tanpa menunggu akhir
periode. Jadi, untuk membebankan biaya overhead pabrik kepada pesanan harus
digunakan tarif yang ditentukan di muka. Rumus perhitungan tarif biaya overhead
pabrik adalah sebagai berikut:
T= B
K
di mana :
T
= Tarif biaya overhead pabrik
B
= Budget biaya overhead pabrik
periode tertentu
K
= Budget kapasitas pembebanan
untuk periode bersangkutan
Apabila tarif biaya overhead pabrik
sudah ditentukan, prosedur akuntansi biaya
overhead pabrik selanjutnya sebagai
berikut.
a.
Prosedur Pembebanan Biaya Overhead Pabrik pada Pesanan
Suatu
pesanan akan dibebani biaya overhead pabrik sesuai dengan kepastian
sesungguhnya yang dinikmati oleh pesanan yang bersangkutan dikalikan dengan
tarif
biaya overhead pabrik
yang ditentukan di muka. Atas dasar dokumen Perintah Jurnal
dibuatkan jurnal
pembebanan dan dimasukkan ke dalam Kartu Harga Pokok Pesanan.
Jurnal pembebanan
sebagai berikut.
Barang
Dalam Proses – Baiya Overhead Pabrik Rp xx
Biaya Overhead
Pabrik Dibebankan
Rp xx
b.
Prosedur Akuntansi Pengumpulan Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya
Biaya
overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dalam periode yang bersangkutan akan
ditampung dalam rekening Biaya Overhead Pabrik sesungguhnya dan dimasukkan ke
dalam Kartu Pembantu Biaya Overhead Pabrik. Jurnal setiap elemen biaya overhead
pabrik .
(1) Biaya Bahan Penolong
Biaya
Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xx
Persediaan Bahan
Penolong Rp xx
(2) Biaya Tenaga Kerja
Tidak Langsung
Biaya
Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xx
Biaya Gaji dan
Upah
Rp xx
Beban
atas gaji dan upah yang ditanggung perusahaan dengan dokumen daftar sumbangan
Gaji dan Upah dijurnal.
Biaya
Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xx
Hutang P.Pd Rp xx
Hutang D.Pn Rp xx
Hutang Astek Rp xx
Hutang AsHT Rp Rp xx
(3) Biaya Penyusutan
dan Amortisasi Aktiva Tetap Pabrik
Pada
akhir periode dibuat dokumen Perintah Jurnal untuk mencapai biaya penyusutan
dan amortisasi aktiva tetap pabrik, dan dibuat jurnal sebagai berikut:
Biaya
Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp
xx
Akumulasi
Penyusutan Mesin Rp xx
Akumulasi
Penyusutan Bangunan Rp xx
Akumulasi
Penyusutan Peralatan Rp xx
Amortisasi Hak
Paten Rp
xx
(4) Biaya Reparasi dan Pemeliharaan Aktiva
Tetap Pabrik
Biaya
reparasi dan pemeliharaan dapat timbul dari reparasi dan pemeliharaan yang dilakukan
sendiri oleh karyawan perusahaan. Dalam hal ini biaya yang timbul adalah biaya
pemakaian suplies dan suku cadang, biaya tenaga kerja tidak langsung dan
penyusutan peralatan reparasi dan pemeliharaan. Untuk biaya suplies, tenaga
kerja tidak langsung dan penyusutan peralatan jurnalnya telah dibuat pada pembahasan di muka, jurnal untuk
pemakaian suku cadang sebagai berikut.
Saat dibeli :
Persediaan
Suku Cadang Rp xx
Hutang Dagang
atau Kas Rp xx
Saat dipakai :
Biaya
Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xx
Persediaan Suku
Cadang Rp xx
Biaya
reparasi dapat pula timbul dari pembelian jasa reparasi dan pemeliharaan kepada
pihak luar, dari dokumen Bukti Kas Keluar untuk yang sudah dibayar atau dokumen
Faktur Pembelian Jasa dan Perintah Jurnal yang belum dibayar dibuat jurnal Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xx
Kas Rp
xx
Hutang Biaya Rp xx
(5) Biaya Listrik dan
Air untuk pabrik
Listrik
PLN dan air PAM yang dikonsumsi perusahaan dan sudah dibayar digunakan dokumen.
Bukti Kas Keluar, yang belum dibayar dibuat dokumen perintah jurnal akan dibuat
jurnal sebagai berikut.
Biaya
Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xx
Kas Rp
xx
Hutang Biaya Rp xx
(6)
Biaya Asuransi Pabrik
Biaya
ini umumnya timbul dari berakhirnya (expired) sebagian persekot asuransi,pada
saat persekot asuransi dibayar digunakan dokumen Bukti Kas Keluar, pada saat
diperhitungkan biaya digunakan dokumen Perintah Jurnal. Jurnal dari persekot asuransi
dan biaya asuransi sebagai berikut:
Terjadinya
pembayaran persekot asuransi :
Persekot
Asuransi Rp xx
Kas Rp xx
Persekot
asuransi menjadi biaya :
Biaya
Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xx
Persekot
Asuransi Rp
xx
(7) Biaya Overhead
lain-lain
Elemen
biaya yang dapat dimasukkan pada golongan pada golongan biaya di atas dimasukkan
di dalam biaya overhead pabrik lain-lain, rekening yang dikredit tergantung
dari penyebab timbulnya biaya tersebut. Misalnya sebagian biaya overhead
lain-lain sudah dibayar dan sebagian masih terhutang dibuat jurnal.
Biaya
Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xx
Kas Rp
xx
Hutang Biaya Rp xx
c. Prosedur Akuntansi Perhitungan
dan Perlakuan selisih Biaya Overhead Pabrik
Pada
akhir periode akuntansi akan dihitung besarnya selisih biaya overhead pabrik
yang sesungguhnya dengan yang dibebankan kepada pesanan, dengan perintah jurnal
akan dibuat jurnal sebagai berikut.
(1) Jurnal menutup
Biaya overhead Pabrik Dibebankan ke Biaya Overhead
Pabrik Sesungguhnya.
Biaya
Overhead Pabrik Dibebankan
Rp xx
Biaya Overhead
Pabrik Sesungguhnya Rp xx
(2)
Jurnal untuk menutup Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya dan menghitung selisih
sebagai berikut.
Apabila
biaya overhead sesungguhnya lebih besar dibanding biaya overhead dibebankan
(selisih tidak menguntungkan atau unfavorable variance atau under applied
factory overhead)
Selisih
Biaya Overhead Pabrik Rp xx
Biaya Overhead
Pabrik Sesungguhnya Rp xx
Apabila
Biaya Overhead yang sesungguhnya lebih kecil dibandingkan Biaya overhead dibebankan
(selisih menguntungan atau favorable variance atau over
applied factory
overhead) :
Biaya
Overhead Sesungguhnya Rp xx
Selisih Biaya
Overhead Pabrik Rp xx
(3)
Salah satu perlakuan selisih yaitu masuk ke rekening Rugi-Laba
Selisih tidak
menguntungkan :
Rugi-Laba
Rp xx
Selisih
Biaya Overhead Pabrik Rp xx
Selisih menguntungkan :
Selisih
Biaya Overhead Pabrik Rp xx
Rugi-Laba
Rp
xx
4. Prosedur akuntansi produk
selesai dan produk dalam proses akhir periode
Pada metode harga pokok pesaan setiap
ada pesanan yang selesai dipindahkan dari Departemen Produksi ke Seksi Gudang
Produk Selesai dan harus dihitung harga pokoknya,jumlah harga pokok yang selesai
dapat dihitung dengan merekam Kartu Harga Pokok Pesanan dan selanjutnya
memindahkan kartu tersebut dari fungsinya sebagai rekening pembantu Barang
Dalam Proses ke fungsi yang baru sebagai pembantu rekening Persediaan Produk
Selesai. Atas dasar dokumen Bukti Pemindahan Produk Selesai dan Perintah Jurnal
sebagai berikut.
Persediaan
Produk Selesai
Rp xx
Barang Dalam
Proses – Biaya Bahan Baku Rp
xx
Barang Dalam
Proses – Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp
xx
Barang Dalam
Proses – Biaya Overhead Pabrik Rp xx
2.5 Menghitung HPP dan Laporan Rugi-Laba untuk
perusahaan berdasarkan pesanan
Menghitung
Harga Pokok Produksi
PT. GHI
Laporan Harga Pokok Produksi
Untuk periode yang berakhir 31 Des 2000
Persediaan
Bahan Baku Langsung Rp
xxxxxx
Pembelian Bahan Baku
Langsung Rp
xxxxxx
BBL
tersedia untuk diproduksi Rp
xxxxx
Persediaan BBL akhir (Rp xxxxx)
BBL
yang digunakan Rp
xxxxxx
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp
xxxxxx
Biaya Overhead Pabrik
di bebankan Rp
xxxxxx
Harga
Pokok Produksi Rp
xxxxx
Menghitung
Laba atau Rugi
PT. GHI
Laporan Laba Rugi
Untuk periode yang berakhir 31 Des 2000
Penjualan Rp
xxxxxx
HPP Rp xxxxx
Selisih BOP (Rp
xxxxx)
Rp
xxxxxx
Rp
xxxxxx
Beban Usaha :
Beban pemasaran Rp
xxxxx
Beban administrasi Rp
xxxxx
dll Rp
xxxxxx
Laba/Rugi sebelum pajak Rp
xxxxxx
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Metode harga pokok
pesanan merupakan salah satu metode pengumpulan harga pokok produksi, dimana
proses produksinya berdasarkan pesanan dari konsumen (pemesan) .Metode harga
pokok pesanan adalah metode pengumpulan harga pokok produk dimana biaya
dikumpulkan untuk setiap pesanan atau kontrak atau jasa secara terpisah, dan
setiap pesanan atau kontrak dapat dipisahkan identitasnya.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Metode harga pokok
pesanan merupakan salah satu metode pengumpulan harga pokok produksi, dimana
proses produksinya berdasarkan pesanan dari konsumen (pemesan) .Metode harga
pokok pesanan adalah metode pengumpulan harga pokok produk dimana biaya
dikumpulkan untuk setiap pesanan atau kontrak atau jasa secara terpisah, dan
setiap pesanan atau kontrak dapat dipisahkan identitasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar