Entri Populer

Kamis, 18 Juli 2013

Standar Costing, target Costing,
dan Kazien Costing

BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
Pengendalian biaya yang memedai memerlukan perbandingan biaya aktual dengan
target atau jumlah yang ditentukan terlebih dahulu. Karena data historis tidak dapat memenuhi kebutuhan untuk menentukan kinerja yang dapat diterima, akuntan mengembangkan biaya standar. Biaya standar menyatakan berapa biaya yang seharusnya dicapai dan dapt diterima, tetapi dengan kinerja yang tidak sempurna. Biaya standar ditentukan secara ilmiah dengan menggunkan studi waktu dan estimasi rancangan teknik.

             Kebanyakan perusahaan tradisional telah menggunkan sistem biaya standar sebagai pengendalian biaya utamanya. Walaupun demikian, ketika mereka mempebaiki sistem manajemen biaya, mereka menemukan kekurangan pada sistem kalkulasi biaya standar konvensionalnya. Itulah latar belakang dari makalah ini, dan untuk memenuhi tugas dari dosen mata kuliah Akuntansi Biaya.
 
1.2              Rumusan Masalah
Adapun yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
a.       Pengertian Standard Costing
b.      Kegunaan Standard Costing
c.       Hubungan antara Standard Costing dan Anggaran
d.      Penentuan Jenis-jenis standard
e.       Harga Pokok Standar dan unit ekuivalen
f.       Selisih Harga Pokok Standar
g.      Jurnal umum untuk Standard Costing
h.      Pengertian Target costing dan Kaizen Costing
i.        Perbedaan Target Costing, Kaizen Costing dan Standard Costing
j.        Menjelaskan pengertian Backflush Costing dan perbedaan sistem perpetual dan sistem             periodik
k.      Menjelaskan kekurangan dari Backflush Costing



BAB II
ISI

Standard Costing, Target Costing, Kaizen Costing dan Backflush Costing
           
2.1       Pengertian Standard Costing
Merupakan biaya yang ditentukan dimuka, yang merupakan jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk membuat satu satuan produk atau untuk membiayai kegiatan tertentu, dibawah kondisi ekonomi, efisiensi dan faktor-faktor lain tertentu.
Biaya yang seharusnya dikeluarkan mengandung arti bahwa biaya yang ditentukan dimuka merupakan pedoman didalam pengeluaran biaya yang sesungguhnya. Apabila terjadi penyimpangan maka yang dianggap benar adalah biaya standar sepanjang asumsi yang mendasari penentuannya tidak berubah. Penentuan biaya standar harus dilakukan penyelidikan terlebih dahulu dengan rancangan produk menggunakan bahan dan proses produksi yang paling efisien.
Biaya standar merupakan sistem pembebanan harga pokok kepada produk atau jasa tertentu yang ditentukan dimuka dengan cara menentukan besarnya biaya dari Material, Direct Labor dan FOH untuk mengolah satu satuan produk/jasa tertentu.

Kelebihan Standar Costing:
1. Alat penting dalam menilai pelaksanaan kebijaksanaan sebelumnya
2. Pedoman untuk melakukan efisiensi
3. Perencanaan dan pengambilan keputusan
Kelemahan :
1. Tidak flexible, dimana keadaan produksi selalu mengalami perubahan
2. Tingkat keketatan atau kelonggaran standar tidak dapat dihitung dengan tetap

Biaya standar ini dapat digunakan dalam metode harga pokok pesanan maupun metode hargapokok proses, untuk perusahaan yang aktivitas produksinya bersifat rutin dan berulang-ulang serta produknya telah distandarisasikan. Biaya standar tidak dapat digunakan perusahaan yang sejumlah besar produksinya berbeda dalam jangka waktu yang relatif pendek.



3        Aktivitas dalam sistem harga pokok standar :
-          Penentuan Standar
-          Pengumpulan Biaya yang sesungguhnya terjadi
-          Analisa Varian biaya standar dengan biaya sesungguhnya

2.2       Kegunaan Standar Costing

Sistem biaya standar dirancang untuk mengendalikan biaya. Sehingga bermanfaat :
         Merupakan alat yang penting dalam menilai pelaksanaan kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya.
         Memberikan pedoman bagi manajemen dalam pengendalian biaya dengan cara perbaikan metode produksi, pemilihan tenaga kerja dan kegiatan yang lain.

2.3       Hubungan Standar Costing dengan Anggaran

Biaya standar berkaitan dengan biaya per unit dan pada hakekatnya sama tujuannya dengan suatu anggaran, namun pada skala yang lebih kecil, suatu anggaran dikaitkan dengan jumlah biaya secara keseluruhan bukan dari jumlah biaya per unit.
Anggaran dan standar costing keduanya merupakan penentuan biaya yang dilakukan dimuka sebelum suatu kegiatan dilaksanakan.
                        Beberapa perbedaan antara anggaran dengan Standar Costing antara lain :
1.      Tidak semua anggaran disusun atas dasar biaya standar
2.      Anggaran merupakan biaya yang diharapkan (expected), sedangkan biaya standar adalah biaya yang seharusnya dicapai oleh pelaksana
3.      Anggaran cenderung merupakan batas yang tidak boleh dilampaui, sedangkan biaya standar mengutamakan tingkatan biaya yang harus bisa ditekan (dikurangi) agar kinerja lebih baik.
4.      Anggaran umumnya disusun untuk setiap bagian dalam perusahaan (pemasaran, produksi, dan adm & umum) sedangkan biaya standar umumnya hanya untuk biaya produksi saja.
5.      Selisih biaya yang timbul dari biaya standar akan diinvestigasi (diperiksa) penyebabnya dengan teliti, sedangkan anggaran tidak didasarkan atas biaya standar, hanya menekan penghematan biaya dibanding anggaran, selisih umumnya tidak diperiksa lebih lanjut.

2.4       Jenis-jenis Standar Costing
a.         Standar Kapasitas Teoritis (theoretical capacity standard)
Standar ini mendasar kepada kemampuan produksi suatu departemen atau pabrik pada kecepatan penuh tanpa berhenti. Tidak diperhitungkan adanya hambatan atau penghentian proses produksi yang tidak dapat dihindari baik karena factor internal maupun factor eksternal. Seringkali disebut sebagai standar pada kapasitas penuh atau 100%. Standar ini jarang dipakai karena tidak mungkin dicapai.

            b.         Standar Kapasitas Praktis (practical capacity standard)
Standar ini merupakan salah satu konsep pendekatan jangka panjang, yang didasarkan kepada tingkatan produksi teoritis dikurangi dengan hambatan-hambatan yang tidak bisa dihindari karena factor internal.

c.         Standar Kapasitas Normal (normal capacity standar)
Juga merupakan konsep pendekatan jangka panjang, dimana standar kegiatan produksi dihitung dari standar kegiatan teoritis dikkurangi hambatan-hambatan internal dan eksternal.

d.         Standar Kapasitas yang diharapkan (expected capacity standar)
Menggunakan pendekatan jangka pendek. Biasanya tingkat produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh ramalan penjualan pada periode akuntansi yang akan datang dan perubahan persediaan produk yang dikehendaki.



2.5       Harga Pokok Standar dan unit ekuivalen
           
            Penentuan Harga Pokok Standar dibagi menjadi 3 bagian :
-          Biaya Bahan Baku Standar
-          Biaya Tenaga Kerja Standar
-          Biaya Overhead Pabrik Standar


           
1.      Biaya Bahan Baku Standar
Terdiri dari :
-          Kuantitas Standar : Input fisik yang diperlukan
-          Harga Standar       : Harga per satuan input fisik tersebut

Penentuan Kuantitas Standar Bahan Baku :
a.       Penyelidikan teknis, menyangkut penetapan spesifikasi, baik bentuk, ukuran, warna, karakteristik pengolahan maupun kualitasnya.
b.      Analisa catatan masa lalu meliputi :
o   Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku untuk produk dan pekerjaan yang sama.
o   Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku dalam pelaksanaan yang paling baik dan yang paling buruk.
c.       Penentuan harga standar bahan baku dengan cara melihat :
o   Daftar harga pemasok, catalog, brosur yang berkaitan dengan baha baku
o   Informasi lain yang berhubungan dengan kemungkinan terjadinya perubahan harga dimasa mendatang
d.      Harga yang dipakai sebagai harga standar, dapat berupa :
o   Harga yang diperkirakan terjadinya dimasa mendatang, biasanya untuk jangka waktu 1 tahun.


2.      Biaya Tenaga Kerja Standar
Terdiri dari :
-          Jam Tenaga Kerja Standar
-          Tarif Upah Standar

a.       Penentuan Jam Tenaga Kerja Standar
o   Menghitung rata-rata jam kerja yang diperlukan untuk suatu pekerjaan yang sama di masa yang lalu
o   Membuat test run operasi produksi
o   Mengadakan penyelidikan gerak dan waktu dari berbagai kerja karyawan
o   Mengadakan taksiran yang reasonable didasarkan pengalaman dan pengetahuan

b.      Penentuan Tarif  Upah Standar
o   Kontrak kerja
o   Rata-rata hitung dan rata-rata tertimbang dari upah karyawan dimasa lalu untuk pekerjaan yang sama
o   Penghitungan tarif upah dalam operasi normal

3.      Biaya Overhead Pabrik Standar
Penentuan Biaya Overhead Pabrik Standar dilakukan dengan cara menggunakan tarif overhead standar yang dihitung dengan membagi jumlah biaya overhead pabrik yang dianggarkan pada kapasitas normal.

CONTOH :

Berikut ini standar per unit produk yang dihasilkan oleh CV. Anwar untuk periode tertentu yaitu :
Harga bahan baku standar = 5400
Bahan langsung 4 kg @ Rp. 5.000,-  = Rp. 20.000,- / unit output
T.K. langsung 2 jam  @ Rp. 8.000,-  = Rp. 16.000,- / unit output

Informasi tambahan yang diperoleh mengenai hal-hal yang sesungguhnya terjadi yaitu :
- Unit barang yang diproduksi                                    10.000 unit
- Biaya bahan baku                                                                 Rp. 270.000,-
- Bahan baku yang dibeli dan digunakan                   50.000 kg
- Harga bahan baku / kg                                                                      Rp. 5.000,-
- Biaya tenaga kerja langsung                                                 Rp. 171.600,-
- Jam Kerja sesungguhnya                                          22.000 jam
- Biaya tenaga kerja per jam                                                    Rp.     7.800,-
- Bahan baku yang dibeli sesungguhnya                     55.000 kg
Diminta :
Hitunglah :  
1. Selisih biaya bahan baku
2. Selisih biaya tenaga kerja
3. Jurnal
    a. Untuk mencatat pembelian bahan baku
    b. Mencatat penggunaan bahan baku
    c. Mencatat upah gaji





JAWAB :

1.      Selisih Harga Bahan Baku :

a.       Selisih harga bahan baku = (Harga standar/unit - Harga sesungguhnya/unit) x Kuantitas sesungguhnya dibeli

Selisih harga bahan baku= (Rp. 5.400,- -Rp. 5.000,-) x 50.000 kg
= Rp.20.000.000,- (TM/UF).

b.      Selisih efisiensi bahan baku = (Kuantitas standar - Kuantitas dipakai sesungguhnya) x Harga standar/unit

Selisih Kwantitas = {50.000 kg – (10.000 x 4 kg} x Rp. 5.000,-


2.      Selisih Tenaga Kerja :

a.       Selisih tariff upah langsung = (Tarip standar/jam - Tarip sesungguhnya/jam) x Jam kerja sesungguhnya

Selisih Tarif = (Rp. 7.8000,- - Rp. 8.000,-) x 22.000 jam
         = Rp.4.400.000,- (M/F).

b.      Selisih efesiensi tenaga kerja langsung = (Jam kerja standar - Jam kerja sesungguhnya) x Tarip standar/jam

Selisih Efisiensi= (22.000 Jam – 20.000 Jam) x Rp. 8.000,-
 = Rp.16.000.000,- (TM).

3. Jurnal :

a. Mencatat pembelian bahan baku
Bahan Baku                            Rp.275.000.000,-
                  Selisih Harga                           Rp   32.000.000,- (dari yang dibeli)
                  Hutang Dagang                                                           Rp.297.000.000,-

b. Mencatat penggunan bahan baku
 B.D.P                                     Rp.200.000.000,-
                  Selisih Efisiensi                                   Rp.  16.000.000,-
                  Bahan Baku                                                                Rp.250.000.000,-

c. Mencatat upah dan gaji
 B.D.P                                     Rp.160.000.000,-
 Selisih efisiensi tenaga kerja  Rp.  16.000.000,-
                  Selisih tarif tenaga kerja                                              Rp.    4.400.000,-
                  Hutang upah / gaji                                                       Rp.171.600.000,-



Buku Besar

BAHAN BAKU
 


Kwantitas pembelian ssg X Harga STD/Unit Kwantitas pengguna ssg X Harga STD/ unit
                                    Rp. 275.000.000,-                                           Rp. 250.000.000,-


B.D.P
 


Kwantitas STD yg dipakai X Harga STD/Unit         
                                    Rp. 200.000.000,-                              
                                    Rp. 160.000.000,-


Selisih harga bahan baku
 


Kwantitas pembelian ssg X Harga/Unit        
                                    Rp.   22.000.000,-                              
                                   

Selisih efisiensi bahan baku
 


Selisih kwantitas yang dipakai X Harga STD/
Unit                             Rp.   50.000.000,-                              
                                   

Selisih efisiensi tenaga kerja
 


Selisih jam kerja X tarif STD/Unit                            
                                    Rp.   16.000.000,-


Selisih tarif tenaga kerja
 


                                                                             Jam kerja ssg X selisih per unit
                                                                                                            Rp.    4.400.000,-
2.6       ANALISA VARIANCE / SELISIH
Pada standar cost (harga pokok standard) variance (selisih) dihitung untuk tiap elemen biaya yaitu :
a.       Selisih bahan
b.       Selisih tenaga kerja
c.       Selisih BOP

Dengan cara membandingkan antara standard dengan sesungguhnya.
SELISIH pada umumnya terdapat 2 jenis :
1.       Selisih menguntung (favorable)
Standard > sesungguhnya
2.       Selisih tidak menguntungkan (unfavorable)
Standard < sesungguhnya


PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS SELISIH
(PROSEDUR PENCATATAN SELISIH)


REKENING SELISIH
 


                                    DEBIT                                 KREDIT

                                Unfavorable                                          Favorable
                        (tidak menguntungka)                             (menguntungkan)



KETENTUAN-KETENTUAN DALAM MENCATAT SELISIH

BAHAN BAKU LANGSUNG

  1. Biaya standard bahan baku yang dibebankan ke rekening BOP.
  2. Persediaan bahan baku dicatat dengan standard dan pencatatan selisih dengan harga pada saat bahan baku diterima.
  3. Persediaan bahan baku dicatat sebesar harga sesungguhnya (actual cost) dan variance dicatat pada saat bahan baku dimasukkan ke dalam produksi.

UPAH TENAGA KERJA LANGSUNG

  1. Dalam sistem biay standard, biaya tenaga kerja langsung dibebankan ke perkiraan BOP dengan menggunakan jam standard yang ditentukan dengan tarif standard.
  2. Selisih terjadi oleh perbedaan antara gaji / unit (jam kerja sesungguhnya x tarif sesungguhnya) dengan biaya standard.
  3. Selisih biaya tenaga kerja diakui pada saat terjadinya.

JURNAL : METODE I



A.  Untuk mencatat pembelian bahan baku.
Persediaan bahan baku (harga STD X Kwantitas ssg)                        xxx
Variance harga bahan baku (unfavorable)                               xxx
                  Hutang                                                                                                  xxx


B.  Untuk mencatat pemakaian bahan baku.
B.D.P (tarif STD X STD Kwant)                                                        xxx
                  Selisih Kwantitas (favorable)                                                                   xxx
                  Persediaan bahan baku (tarif STD X Kwant ssg)                          xxx

CONTOH UNTUK TENAGA KERJA LANGSUNG

A.  Mencatat upah / gaji harus dibayar :
Upah / gaji (jam kerja ssg X tarif ssg)                                                xxx
                  Hutang upah / gaji                                                                                  xxx

B.  Mencatat alokasi upah / gaji dan selisih :
B.D.P (jam STD X tarif STD)                                                            xxx
Selisih tarif (UF)                                                                              xxx
Selisih efisiensi (UF)                                                                        xxx
                  Upah / gaji                                                                                            xxx



BIAYA STANDARD OVERHEAD PABRIK DAN ANALISA
VARIANCE
 


Selisih BOP terdiri dari :
a.       Metode 2 selisih
1.       Selisih Terkendali (Controllable Variance)
Formulasi :
FOH Actual                                                                               xxx
Budget FOH (jam STD)
- Fixed Cost                                                      xxx
- Variable Cost                                      xxx *)
                                                                                                xxx **)
   Cost Variance                                                                        xxx       (Fav / Unfav)

2.       Selisih Volume (Volume Variance)
Formulasi :
Budget FOH (jam STD)                                                  xxx**)
FOH dibebankan ke produksi                                                      xxx
(Jam STD X tarif STD FOH)                                                      
            Volume Variance                                                           xxx       (Fav / Unfav)

Note :
  *) Hitung dari jam STD X Tarif variable FOH
**) Nilai harus sama



Metode 2 selisih :
a.       Selisih terkendali = sel. Pengeluaran + Sel. Eff. Variable
b.       Selisih volume = sel. Kapasitas + sel. Eff. Tetap

b.  Metode 3 Selisih :
     1. Selisih Pengeluaran (Spending Variance)
Formulasi :
FOH Actual                                                                      xxx
Budget FOH (jam ssg)
- Fixed Cost                                             xxx
- Variable cost                                          xxx*)
                                                                                       xxx**)
               Spending Variance                                             xxx                   (Fav / Unfav)

     2. Selisih Kapasitas Menggangur (idle Capacity Variance)
Formulasi :
Actual jam kerja X tarif STD                                              xxx
FOH dibebankan ke produksi                                             xxx
(jam ssg X tarif FOH STD)                                                           
               Idle Capacity Variance                           xxx                   (Fav / Unfav)

     3. Selisih Kapasitas Menggangur (Efficiency Variance)
Formulasi :
Actual jam kerja X tarif STD                                              xxx
FOH yang dibebankan ke produksi                         xxx
(jam STD X tarif STD)                                                      
               Eff. Variance                                                     xxx                   (Fav / Unfav)


Note :
  *) Perhitungan = jumlah ssg X tarif variable
**) Nilainya harus sama

c.   Metode 4 Selisih
metode 4 selisih terdiri dari semua komponen yang ada dalam metode 3 selisih, hanya saja selisih efisiensi dianalisa lebih rinci (detail), selisih pengeluaran atau selisih kapasitas menganggur adalah sama dalam kedua metode tersebut.

Pada metode 4 variance, selisih efisiensi dianalisa berdasarkan komponen biaya tetap dan komponen biaya variable.

  1. Selisih Pengeluaran (Spending variance)
(lihat : pada metode 3 selisih)

  1. Selisih Kapasitas Menganggur
idem
3.       Selisih Efisiensi Biaya Tetap (Fixed Eff. Variance)
Formulasi :
      Actual Jam kerja X tarif STD tetap                                  xxx
      STD jam kerja X tarif STD tetap                         xxx
                  Fixed eff. Variance                                             xxx                   (Fav / Unfav)

4.       Selisih Eff. Biaya Tidak Tetap (Variable Eff. Variance)
Formulasi :
      Actual Jam kerja X tarif STD tetap                                  xxx
      STD jam kerja X tarif STD tetap                         xxx
                  Variable eff. Variance                                         xxx                   (Fav / Unfav)

Metode 2 Selisih :
  1. Selisih terkendali = sel. Pengeluaran + sel. Eff. Variable
  2. Selisih volume = sel. Kapasitas + sel. Eff. Tetap

Total selisih (metode 1 selisih) :
Sel. Pengeluaran + sel. Kapasitas + sel. Efisiensi (tetap / variable).

2.7       Pengertian Target Costing dan Kaizen Costing

A.                Target Costing

Target biaya atau target costing adalah metode penentuan biaya produksi dimana perusahaan terlebih dahulu menentukan biaya produksi yang harus dikeluarkan berdasarkan harga kompetitif, dengan demikian perusahaan memperoleh laba yang diharapkan.
Target biaya = harga jual – laba yang diharapkan.
Target costing merupakan  metode perencanaan laba dan manajemen laba yang difokuskan pada produk dengan mempertimbangkan proses manufacturing sehingga target costing ini digunakan oleh perancang sebelum proses dan proses desain dilakukan untuk mencapai tujuan perbaikan usaha pada pengurangan biaya manufaktur produk di masa depan. Target costing digunakan selama tahap perencanaan dan menuntun dalam pemilihan produk serta proses desain yang akan menghasilkan suatu produk yang dapat diproduksi pada biaya yang diijinkan dan pada suatu tingkat laba yang dapat diterima. Target costing juga memberikan perkiraan harga pasar produk, volume penjualan, dan tingkat fungsionalitas.

Metode dalam penetapan target costing:
1.      Memperoleh target cost dari perencanaan laba. Artinya, target cost berasal dari penjualan dan target profit. Tidak ada pemakaian pada target cost berasal dari manajemen yang lebih rendah dalam metode ini, yang digolongkan sebagai metode “atas ke bawah”.
2.      Memperoleh target cost dari perencanaan teknik. Dalam metode ini, para insinyur memperkirakan target cost bergantung pada keahlian atau pengalaman saat ini dan ketersediaan sarana produksi. Metode ini dapat digolongkan sebagai metode “bawah ke atas”.
3.      Menggabungkan dua metode. Manajemen tertinggi tahu tentang target profit, tapi sejak kerja sama karyawan dibutuhkan untuk membuat penetapan target cost bekerja, para ahli mengenai penetapan target cost percaya bahwa kombinasi metode “atas ke bawah” dan “bawah ke atas” adalah metode terbaik untuk digunakan.

Terdapat dua alasan mengapa target costing sebaiknya digunakan perusahaan didalam situasi pasar yang sangat kompetitif:
1.      Perusahaan tidak dapat menentukan dan mengendalikan harga jual produknya secara sepihak.
2.      Sebagian besar biaya produk ditentukan pada tahap design.

Pengimplementasian target costing
Untuk mengimplementasikan metode target biaya didalam perusahaan terdapat serangkaian fase yang harus dilalui oleh perusahaan antara lain:
1.      Menentukan harga pasar
2.      Menetukan laba yang diharapkan
3.      Menghitung target biaya pada harga pasar dikurangi laba yang diharapkan
4.      Menggunakan rekayasa nilai untuk mengidentifikasi cara yang dapat digunakan untuk menurunkan biaya produk.
5.      Menggunakan perhitungan biaya kaizen dan pengendalian operasional untuk terus menurunkan biaya.




B.        Kaizen Costing
Kaizen costing menurut Mulyadi (2003:422 - 423) merupakan: “sistem akuntansi biaya yang secara efektif dapat digunakan oleh manajemen di dalam mengelola biaya pada tahap produksi produk”.

Kaizen costing menurut Supriyono (2002:152) adalah: perbaikan secara terus-menerus yang didukung proses pengurangan biaya dalam tahap pemanufakturan produk yang sudah ada.”

Kaizen costing menurut Cooper (2005:239) : Perusahaan yang menerapkan kaizen costing dengan melakukan perubahan secara bertahap dan berkesinambungan, biasa disebut dengan continuous improvement. “Kata improvement di sini menurut Cooper adalah pengembangan terus-menerus untuk menyempurnakan keadaan yang telah ada, tanpa menciptakan sesuatu yang baru.”

Jadi, Kaizen costing digunakan untuk menjamin terlaksananya improvement berkelanjutan sejak saat produk selesai didesain dan dikembangkan sampai saat produk dihentikan produksinya sebagai discontinued produk.

Berdasarkan paradigma continous improvement, setiap tahun anggran, produsen merencanakan improvement yang akan dilakukan selama tahun anggaran terhadap sistem dan proses pembuatan produk. Rencana improvement tersebut dinyatakan dalam cost reduction target yang akan dicapai dalam tahun anggaran, yang didukung dengan rencana pengurangan dan penghilangan berbagai aktivitas bukan penambah nilai (non-value added activities) dan pemilihan dan pembagian aktivitas penambah nilai (value-added activities). Fokus perhatian produsen diarahkan kepada cost reduction target yang merupakan selisih antara target cost dengan estimated actual costs yang diperkirakan akan terjadi selama tahun anggaran.

Gambaran Target costing dan kaizen costing untuk mendukung strategic cost reduction pada tahap desain dan pengembangan produk dan pada tahap produksi
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyD_pKBljnVFwXodKp_5aA5pz9bVfHwnLnru_u7-5LEPsk9_YlgXu2iMQ_8ym0AMYdjB-I5vtgZ2r2EwApWKhdN9uvY93ezVtSkoAK4i_yqg8sPWpF1IA0j_xTKn-UImgDGqT3qlKAbU_a/s1600/Target+costing+dan+kaizen+costing.jpg


Hubungan antara perhitungan biaya berdasarkan target dan kaizen adalah harga diasumsikan stabil atau menurun pada perusahaan-perusahaan yang sesuai menggunakan perhitungan biaya berdasarkan target karena persaingan yang ketat dalam hal harga, kualitas, dan fungsionalitas produk. Perusahaan ini merespons tekanan persaingan dengan melakukan desain ulang produk secara periodik, menggunakan perhitungan biaya berdasarkan target secara simultan menurunkan harga produk dan meningkatkan nilai mereka.

Pada waktu antara desain ulang produk, perusahaan manggunakan kaizen untuk mengurangi biaya produk dalam proses produksi dengan cara mempersingkat rantai nilai pemasok dan meningkatkan metode-metode produksi serta program produktivitas. Sehingga perhitungan biaya berdasarkan target dan kaizen adalah metode yang saling melengkapi yang digunakan secara berkelanjutan menurunkan biaya dan meningkatkan nilai

Dasar Penetapan Penerapan Kaizen Costing
Menurut Supriyono (2002:168), penetapan biaya kaizen digolongkan menjadi 2 jenis:
1.      Aktivitas-aktivitas yang diimplementasikan pada kinerja sesungguhnya kaizen jika terjadi perbedaan antara biaya sesungguhnya dan biaya target cukup besar setelah produk baru diproduksi selama tiga bulan.
2.      Aktivitas-aktivitas lainnya yang diimplementasikan secara berkesinambungan setiap periode untuk mengurangi perbedaan antara laba target dan laba taksiran dan dengan demikian untuk mencapai biaya yang diperkenankan.”

Sasaran Penerapan Kaizen Costing
Menurut Amin (2002:41), sasaran kaizen costing yaitu: “dengan berusaha secara berkesinambungan menghasilkan produk dengan mutu yang lebih baik dengan harga yang lebih rendah.”

2.8       Perbedaan Target Costing, Standar Costing dan Kaizen Costing
            Biaya target lebihkecil dari biaya yang dapat dicapai sekarang yang didasarkan atas prosesdan teknologi standar. Standar berperan sebagai benhmarks (ukuran perbandingan) yang mengukur tambahan kemajuan dalam proses pencapaian biaya target.
1)      Biaya target menunjukkan standar penggerak pasar
Harga pasar kompetitif –markup yang diinginkan = biaya yang diperkenankan
2)      Biaya standar menunjukkan standar penggerak teknis
Biaya standar yang ditentuksn secara teknis + markup yang diinginkan = harga pasar uang diinginksn
            Perbedaan lainnya adalah kalkulasi niaya target menunjukkan metode perencanaan biaya yang menekankan pada pengendalian spesifikassi rancangan dan teknik produksi. Dan biaya target ditentukan oleh pasar dasn berasal dari sumber eksternal, ssedangkan biaya standar ditentukan terlebih dahulu dari analisis internal atas proses produksi

Perbedaan biaya standar dan biaya kazien adalah sebagai berikut :
Biaya Standar
Biaya kazien
a.       Konsep sistem pengendalian biaya
b.      Asumsi kondisi proses produksi sekarang
c.       Memenuhi standar biaya kinerja
d.      Standar ditetapkan secara tahunan atau setengah tahunan
e.       Analisis varians biaya mencakup biaya standar dan biaya aktual
f.       Menyelidiki dan menaggapi apabila standar tidak terpenuhi
a.Konsep sistem pengurangan biaya
b.Asumsi perbaikan proses produksi yang berkesinambungan
c.Mencapai target pengurangan biaya
d.Target penurunan biaya ditetapkan dan dibebankan setiap bulan
e.Analisis varians biaya mencakup target biaya kaizen dan jumlah pengurangan biaya aktual
f.Menyelidiki dan menanggapi apabila jumlah target kaizen pabila tidak tercapai


2.9              Backflushing Costing

Untuk beberapa kasus produksi adakalanya proses produksi berlangsung sedemikian cepatnya sehingga pencatatan akuntansi tradisional dirasakan tidaklah memadai lagi, karena selalu ketinggalan. Ketika akuntansi tradisional baru mencatat kejadian pembelian bahan baku padahal pada saat yang hampir bersamaan, produk yang sedang dicatat bahan bakunya itu sudah terjual dipasar sehingga menimbulkan masalah dalam pencatatannya.

Untuk menjawab persoalan tersebut, maka kemudian muncullah pendekatan akuntansi terbaru berupa penyingkatan aliran biaya perusahaan manufaktur yang dikenal dengan konsep Just in Time.Karakteristik Backflushing Costing:
• Bahan baku yang diterima dari pemasok, dicatat di debet akun RIP ( Raw and in Process )
• Penggunaan tenaga kerja langsung, dicatat di debet akun Harga Pokok Penjualan
• Komponen biaya bahan baku atas produk selesai di backflush dari RIP
• Komponen biaya bahan baku atas produk terjual di backflush dari Barang Jadi
• Diperlukan penyesuaian biaya konversi

Penentuan Harga Pokok Backflush

Penentuan harga pokok backflush mengeliminasi rekening barang dalam proses dan membebankan biaya produksi secara langsung pada produk selesai.
 Perusahaan menggunakan backflush costing jika terdapat kondisi-kondisi sebagai berikut :
1.      Manajemen ingin sistem akuntansi yang sederhana.
2.      Setiap produk ditentukan biaya standarnya.
3.      Metode ini menghasilkan penentuan harga pokok produk yang kira-kira mengasilkaninformasi keuangan yang sama dengan penelusuran secara berurutan.






Ilustrasi:

Pembelian bahan baku
Bahan baku diterima dari supplier Rp. 812.000
Jurnal :
D: RIP Rp. 812.000
K: Utang usaha Rp. 812.000

Penggunaan bahan baku
Penggunaan bahan tidak langsung Rp. 30.000
Jurnal:
D: Pengendali Overhead Pabrik Rp. 30.000
K: Perlengkapan Rp. 30.000

Pembebanan Gaji
Beban gaji sebesar Rp. 320.000 dicatat dan dibayar
Jurnal :
D: Beban gaji Rp. 320.000
K: Utang gaji Rp. 320.000

Distribusi beban gaji dengan perincian :
tenaga kerja langsung Rp. 50.000, tenaga kerja tidak langsung Rp. 90.000, gaji bagian pemasaran Rp. 100.000 dan gaji bagian administrasi Rp. 80.000.
Jurnal:
D: Harga pokok penjualan Rp. 50.000
D: Pengendali overhead pabrik Rp. 90.000
D: Pengendali beban pemasaran Rp. 100.000
D: Pengendali beban administrasi Rp. 80.000
K: Beban gaji Rp. 320.000





Overhead pabrik yang lain meliputi :
penyusutan Rp. 580.000 dan asuransi dibayar dimuka Rp. 18.000
Jurnal:
D: Pengendalian overhead pabrik Rp. 598.000
K: Akumulasi penyusutan Rp. 580.000
K: Asuransi dibayar dimuka Rp. 18.000

Overhead pabrik lain-lain meliputi:
dibayar tunai Rp. 34.000 dan utang usaha sebesar Rp. 8.000
Jurnal:
D: Pengendali overhead pabrik Rp. 42.000
K: Kas Rp. 34.000
K: Utang usaha Rp. 8.000

Pengendali overhead pabrik dibebankan ke harga pokok penjualan
Jurnal:
D: Harga pokok penjualan Rp. 760.000
K: Pengendali overhead pabrik Rp. 760.000

Komponen biaya bahan baku atas produk yang telah selesai di backflush dari RIP:

Jurnal:
D: Barang jadi Rp. 809.000
K: RIP Rp. 809.000
catatan : RIP awal Rp. 40.200 + Rp. 812.000 - RIP akhir Rp. 43.200 = Rp. 809.000

Komponen biaya bahan baku atas produk yang terjual di backflush dari barang jadi.
Jurnal:
D: Harga pokok penjualan Rp. 805.400
K: Barang jadi Rp. 805.400
catatan: Barang jadi awal Rp. 168.000 + Rp.809.000 - Barang jadi akhir Rp. 171.600
= Rp. 805.400


Kekurangan BackFlush Costing

Salah satu kelemahan dari Backflush costing adalah bahwa strategi ini tidak banyak dianggap sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Hal ini karena persediaan tersebut kemungkinan berada di bawah harga selama proses produksi, karena biaya sebenarnya untuk persediaan yang baru saja tiba tidak diposting sampai produksi selesai. Situasi ini kadang-kadang disusun untuk memungkinkan posting dari biaya standar untuk bahan baku ketika dibeli. Ada juga beberapa keberatan untuk tidak mengakui barang jadi sampai titik penjualan.

Backflush costing tidak bekerja dengan baik dengan pendekatan persediaan just-in-time, kurangnya detail kadang-kadang dapat membuat masalah selama audit catatan keuangan perusahaan. Hal ini dapat menyebabkan situasi di mana backflush menjadi perlu untuk menggunakan dokumentasi yang ada untuk merekonstruksi rantai peristiwa yang terlibat dalam proses produksi, bukan sekadar mengikuti urutan peristiwa yang tercatat dalam catatan akuntansi. Untuk alasan ini, penggunaan Backflush costing dapat menghasilkan lebih banyak pekerjaan daripada yang telah diperlukan dengan mengikuti pendekatan akuntansi yang lebih tradisional.




BAB III
PENUTUP


3.1              KESIMPULAN

Biaya standar unit untuk suatu input tertentu bergantung pada standar kuantitas dan standar harga. Standar kuantitas mengacu pada jumlah input yang seharusnya digunakan per unit output. Standar harga mengacu pada jumlah yang seharusnya dibayar untuk jumlah input yang digunakan. Biaya standar unti dapat dihitung dengan mengalikan kedua standar ini: Standar Kuantitas x Standar Harga.
Variance (selisih) dari practical standart dapat sangat berguna bagi manajemen, karana menggambarkan daviasi atau penyimpangan dari situasi bahwa perhatian manajemen dibutuhkan dalam hal tersebut. Lebih jauh lagi, practical standart mempunyai kegunaan lain, yaitu untuk mempredikdi cash flow dan perencanaan persediaan. Ideal standart tidak bisa digunakan untuk memprediksi cash flow ataupu perencanaan persediaan, karena tidak menggambarkan in-efficiency yang normal, dan karenanya jika digunakan dapat berakibat pada perencanaan dan proyeksi yang tidak realistis.
Menyusun standart cost adalah lebih mengarah pada suatu seni dibandingkan suatu ilmu pengetahuan.  Penyusunan tersebut membutuhkan gabungan keahlian dari berbagai pihak yang berkompeten terhadap harga dan kualitas input. Orang-orang yang terlibat antara lain: akuntan manajemen, agen pembelian, industrial engineer, pengawas produksi, manajer inti, dan pekerja pabrik yang bersangkutan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar